Chainalysis: Hanya Sebagain Kecil Kripto Digunakan untuk Aktivitas Kriminal, Tak Perlu Dibesar-besarkan

JAKARTA - Sebuah laporan terbaru dari Chainalysis telah mencoba menyelesaikan kesalahpahaman seputar penggunaan mata uang kripto oleh organisasi teroris untuk pendanaan mereka.

Meskipun laporan tersebut mengakui bahwa beberapa kelompok militan Palestina, seperti Hamas, Hizbullah, dan Jihad Islam Palestina, menggunakan mata uang digital untuk mengumpulkan dan mentransfer dana. Perusahaan analitik blockchain itu menegaskan bahwa jumlah ini hanya merupakan sebagian kecil dari keseluruhan volume transaksi mata uang kripto.

Laporan ini juga menyatakan bahwa metode tradisional berbasis fiat, seperti lembaga keuangan dan perusahaan bayangan, masih menjadi sumber utama pendanaan bagi kelompok-kelompok teroris ini.

Keberadaan teknologi blockchain membuat transaksi mata uang kripto dapat dilacak dengan lebih baik, memungkinkan lembaga pemerintah dan sektor swasta untuk bekerja sama dalam mengidentifikasi dan mengganggu aliran dana teroris.

Penting untuk diingat bahwa laporan ini juga menyoroti peran penyedia layanan dalam memfasilitasi pergerakan dana terkait terorisme. Sejumlah penyedia layanan yang mencurigakan dapat memproses dana dalam jumlah besar, dan investigasi sering kali perlu difokuskan pada mereka.

Meskipun laporan ini mengungkapkan kompleksitas dalam melacak dana terorisme melalui mata uang kripto, mereka juga memberikan peringatan untuk tidak langsung menyimpulkan bahwa semua aktivitas transaksi ini terkait dengan terorisme. Sebagian besar dari dana ini mungkin tidak secara langsung terkait dengan tujuan terorisme.

Coinbase, sebuah pertukaran kripto, juga menggemakan pendapat serupa dengan menekankan bahwa sebagian besar pendanaan teroris masih bergantung pada uang tunai tradisional daripada mata uang kripto. Mereka juga mendukung regulasi yang lebih jelas untuk industri kripto guna memastikan kepatuhan di berbagai yurisdiksi.