Rupiah Melemah ke Level Rp15.815 per Dolar AS Usai BI Tetapkan Suku Bunga 6 Persen

JAKARTA - Rupiah ditutup melemah 85 poin ke level Rp15.815 dari penutupan sebelumnya di level Rp15.730 per dolar AS pada Kamis, 19 Oktober, setelah Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan menjadi 6 persen.

Sebagai informasi, Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan atau BI-7 Day Repo Rate (BI7DRR) 25 basis poin ke level 6 persen.

Adapun kenaikan suku bunga ini merupakan yang pertama kali sejak BI menaikkan suku bunga ke level 5.75 persen pada Januari 2023 dan mempertahankan di level tersebut hingga September 2023.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkap alasan Dewan Gubernur BI menaikkan suku bunga acuan atau BI rate untuk memperkuat nilai tukar rupiah yang belakangan melemah terhadap dolar AS.

"Kenaikan ini untuk memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah, dari dampak meningkat tingginya ketidakpastian global, serta sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memitigasi dampaknya terhadap inflasi barang impor (imported inflation), sehingga inflasi tetap terkendali dalam sasaran 3,0 plus minus 1 persen pada 2023 dan 2,5 plus minus 1 persen pada 2024," tuturnya dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia, Kamis 19 Oktober.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, faktor eksternal yang memengaruhi pergerakan rupiah berasal dari dolar mendapat dukungan dari lonjakan imbal hasil Treasury AS, yang melanjutkan kenaikannya, karena pasar bertaruh bahwa Ketua Federal Reserve Jerome Powell akan memberikan nada hawkish pada pidatonya pada Kamis malam.

Sentimen tetap lemah di tengah sedikitnya tanda-tanda deeskalasi perang Israel-Hamas, yang membuat para pedagang tetap waspada terhadap aset-aset yang berisiko.

"Hal ini diperburuk oleh melemahnya pasar obligasi, karena para pedagang bersiap untuk menaikkan suku bunga. Serta Fokus saat ini tertuju pada pidato Ketua Fed Powell di Economic Club of New York hari ini," jelasnya.

Menurut Ibrahim, di tiongkok terdapat adanya kekhawatiran atas gagal bayar (default) pasar properti di negara tersebut.

Peristiwa seperti ini dapat memicu serangkaian gagal bayar (default) bagi pengembang dan memicu restrukturisasi utang besar-besaran pada pasar properti Tiongkok.

"Gagal bayar (default) besar-besaran di pasar properti Tiongkok menjadi pertanda buruk bagi perekonomian, mengingat pasar tersebut menyumbang sekitar seperempat aktivitas ekonomi lokal," jelasnya.

Ibrahim memperkirakan, rupiah pada perdagangan Jumat, 20 Oktober 2023, akan melemah direntang Rp15.800-Rp15.870 per dolar AS.