Ini Kriteria Cawapres yang Disukai Investor Pasar Modal

JAKARTA - Para investor pasar saham dinilai lebih cenderung menyukai calon wakil presiden (cawapres) yang dekat pada dunia usaha.

Head of Research Center Mirae Asset Sekuritas Indonesia Roger MM mengatakan, favorit pasar modal akan selalu terkait dengan dunia usaha. Sebelumnya, yang menjadi favorit market biasanya adalah presiden.

"Tetapi sekarang kedua posisi tersebut seimbang, sehingga cawapres memiliki pengaruh yang besar untuk menentukan suara,” kata Roger setelah Media Day di Pacific Century Place Tower Jakarta, Selasa, 17 Oktober.

Roger berharap bahwa hadirnya calon presiden (capres) dan cawapres yang menjadi menjadi favorit pasar dapat menggerakkan pasar saham ke arah yang positif, terutama khususnya pada indeks BUMN (IDXBUMN).

“Begitu mereka deklarasi, biasanya saham akan naik, nah itu menjadi favorit mereka, dan penentuan pada tanggal 25 Oktober. Makanya, market saat ini hanya begini saja karena sedang menunggu siapa yang akan mendeklarasikan kandidat cawapresnya,” ujar Roger.

Roger mengatakan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung bergerak ke arah positif pada saat tahun politik, seiring dengan pasangan capres dan cawapres yang menjadi favorit dari pelaku pasar.

“Mudah-mudahan secepatnya akan ketahuan siapa cawapresnya dari Prabowo dan Ganjar. Karena, hal ini akan mempengaruhi arah market, dan pemilu tahun ini merupakan hal yang lebih penting dibandingkan pemilu pada 2019 dan 2014,” ujar Roger.

Selain itu, Head of Investment Information Mirae Asset Martha Christina mengatakan jika melihat secara historis, IHSG hampir selalu mencatatkan penguatan pada kuartal IV setiap tahunnya, terutama terkait dengan momentum aktivitas window dressing.

Namun, Martha mengatakan bahwa pergerakan IHSG hingga akhir tahun ini masih akan dibayangi dengan ketidakpastian kondisi geopolitik Timur Tengah yang memanas.

“Saat ini, perhatian pelaku pasar masih pada konflik Palestina-Israel dan harga minyak bumi dan komoditas lain, serta angka inflasi dan pertumbuhan ekonomi AS. Kami meyakini kondisi pasar akan semakin normal di akhir tahun menjelang aksi window dressing,” jelasnya.

Martha mengatakan secara jangka panjang Indonesia memiliki prospek yang sangat baik. Didorong oleh kestabilan ekonomi, nilai tukar rupiah, inflasinya, dan berbagai data-data ekonomi.

Sehingga, IHSG berpeluang untuk menguat pada paruh kedua 2023 karena beberapa faktor seperti tingginya investasi asing, potensi kenaikan tingkat produktivitas masyarakat dan potensi kenaikan harga komoditas pertanian.