Kekeringan, Warga Klender Jaktim Harus Tunggu 25 Menit untuk Dapat Air Satu Ember
JAKARTA - Imbas kemarau panjang yang melanda Jakarta dan sekitarnya, terus dikeluhkan oleh masyarakat yang terdampak. Warga di RT 07/10, Kelurahan Klender, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur, mengeluhkan sulitnya mendapat air di tengah kemarau panjang.
Warga merasa debit air yang mengalir untuk kebutuhan sehari-hari mulai mengecil, bahkan mengering.
Priyadi (48), warga setempat mengaku jika kekeringan air yang terjadi di wilayahnya akibat kemarau panjang yang sudah berjalan sejak 2 bulan lalu. Jika ingin mendapatkan air dengan debit 25 liter, pihaknya perlu menghabiskan waktu hingga lima menit.
"Dampak kemarau, debit air lebih kecil dari biasanya. Kalau hari biasa sebelum kemarau, untuk mengisi air satu ember hanya satu menit, tapi sekarang bisa 25 menit," katanya kepada wartawan, Selasa, 17 Oktober.
Priyadi menjelaskan, untuk mendapatkan debit air kembali normal, pihaknya perlu menggali lebih dalam sumber air yang saat ini miliki bersama tiga rumah di sekitarnya. Namun dirinya beserta warga yang terdampak terkendala biaya untuk penggalian air.
Warga pun berharap Pemkot Jakarta Timur dapat memberikan bantuan pasokan air bersih untuk permukiman warga pada saat kemarau panjang ini.
Baca juga:
- Lempar Bayi ke Dalam Ember Besar, Ibu di Pesanggrahan Hanya Tertawa-tawa Sambil Rekam Video
- Kebakaran Rumah Warga di Pedati, Sembilan Unit Mobil Damkar Diterjunkan ke Lokasi
- Pihak SMPN 132 Cengkareng Berlakukan PJJ 1 Hari Pascaperistiwa Murid Jatuh dari Lantai 4
- Tiga Pemotor Tewas Usai Terseret 100 Meter di Kemayoran Akibat Ditabrak Innova Putih, Pengemudi Mobil Sempat Kabur
"Berharapnya ada bantuan dari pemerintah atau dibuatkan saluran PAM atau sumber air dari sumur yang lebih dalam yang sumbernya lebih besar, karena kalau seperti ini solusinya harus gali lebih dalam lagi," ucapnya.
Selain alami kesulitan mendapatkan air bersih, warga juga mengalami masalah lainnya akibat dampak kemarau.
Ketua RT 07/10, Matzen menambahkan, sumber air yang dihasilkan dari sumur warga banyak mengeluarkan bau tak sedap. Pemerintah setempat diharapkan dapat memberikan tindakan cepat dalam membantu warga.
"Di lokasi ini memang dulunya rawa, jadi airnya memang tidak bersih, makanya kami selalu beli air kalau untuk konsumsi. Kalau untuk mandi pakai air Sanyo, nah kalau yang sekarang air Sanyo semakin kusam dan kotor, istilahnya baunya juga udah beda," keluhnya.