Tips Digital Parenting Ala Google saat Anak Berselancar di Internet
JAKARTA - Era pandemi membuat anak semakin erat dengan teknologi. Smartphone tak lagi digunakan sebagai sarana hiburan atau komunikasi saja. Kini, perangkat komunikasi ini juga digunakan sebagai media belajar daring maupun mencari informasi tambahan.
Bagi orangtua, kondisi ini sudah tak bisa dikeluhkan lagi. Sekalipun berita buruk seputar kejahatan siber semakin sering terjadi, anak dan teknologi smartphone sudah tidak bisa dipisahkan lagi. Bukan berarti tidak ada cara untuk mendampingi dan menjaga anak selama aktivitas di dunia virtual.
Online Safety Education Lead Google, Lucian Teo menyampaikan bahwa pihaknya sudah bekerja sama dengan tim Trust and Safety Research untuk melakukan penelitian terhadap orang tua yang berada di kawasan Asia-Pasifik dan Amerika Latin.
“Dari penelitian tersebut, pihaknya menemukan bahwa orang tua dari anak yang bersekolah online merasa lebih khawatir tentang keamanan online daripada mereka yang anaknya bersekolah seperti biasa (offline, -red),” terang Luciana Teo melalui rilis yang dibagikan pada blog Google, Senin, 8 Februari.
Oleh karena itu, Luciana Teo pun membagikan tiga tips untuk mengatasi kekhawatiran terbesar orang tua perihal keamanan anak di dunia maya. Ketiga tips itu antara lain:
1. Lindungi Identitas Digital
Menurut survei Trust and Safetty Research, privasi dan keamanan informasi anak merupakan kekhawatiran terbesar orang tua. Para orang tua mengaku cemas dengan risiko penipuan atau peretasan terhadap akun anak.
Untuk mengatasi hal tersebut, ada dua hal yang yang bisa dilakukan sebagai langkah antisipasi. Pertama, ajari anak membuat sandi yang kuat dan tidak mudah ditebak. Hindari sandi sederhana yang memakai kombinasi nama, tanggal lahir, atau bahkan tokoh favorit.
Kedua, pakai platform yang meiliki reputasi baik terkait keamanan pengguna. Misal, untuk layanan email, orang tua bisa memanfaatkan layanan Gmail. Melalui layanan milik Google ini, orang tua akan mendapat filter pengaman yang mampu mendeteksi surat elektronik berisi phising (penipuan).
2. Ketahui Lingkar Komunitas Online Anak
Harus diakui bahwa isolasi sosial merupakan kondisi yang sulit diatasi dari dampak pandemi COVID-19. Sedangkan bagi anak, situasi ini mengubah pola komunikasi mereka, dari tatap muka langsung menjadi secara online. Baik menggunakan chat suara ketika bermain gim, hingga terlibat dalam komunitas virtual yang tumbuh cepat di media sosial.
Dalam hal ini, orang tua wajib menyadari bahwa saluran komunikasi tersebut juga bisa dimanfaatkan pihak tak dikenal. Bahkan, orang yang memiliki niat buruk juga bisa bebas menghubungi anak-anak. Oleh karena itu, penting kiranya untuk mengetahui dengan siapa anak berbicara serta komunitas seperti apa yang menjadi tempat aktivitas online anak-anak.
Untuk itu, Teo menyarankan dua langkah yang bisa dicoba. Pertama, ajak bicara anak terkait gim yang dimainkan atau video yang ditonton, serta orang-orang yang terlibat di sekitarnya.
Hal tersebut perlu dilakukan oleh orang tua. Apalagi, temuan Trust and Safety Research mengungkapkan bahwa lebih dari 70 persen orang tua di Asia-Pasifik tidak cukup yakin bahwa anak akan memberi tahu terkait kondisi online.
Hal itu tentu menjadi tugas tersendiri bagi orang tua untuk meyakinkan anak. Sehingga, anak bisa percaya bahwa orang tua bisa memandu dan melindungi mereka di lingkungan online.
Kedua, perhatikan konten serta pola komunikasi online yang berlangsung pada gim yang dimainkan anak. Orang tua bahkan harus tegas melarang jika dirasa gim yang dimainkan berpotensi membahayakan. Misal jenis gim yang didukung fitur komunikasi online serta memiliki konten yang tidak pantas.
Baca juga:
3. Tunjukkan Konten yang Sesuai Usia Anak
Ini menjadi kekhawatiran terbesar ketiga yang dihadapi para orang tua di Asia-Pasifik dan Amerika Latin. Beruntungnya, kini sudah tersedia fitur-fitur keamanan keluarga dari Google yang bisa dimanfaatkan untuk membantu melindungi anak dari jenis konten tidak pantas.
Fitur tersebut seperti SafeSearch pada mesin pencari Google. Fitur ini bisa membantu memfilter konten eksplisit di hasil penelusuran. Mulai gambar, video, atau situs. SafeSearch dirancang khusus agar memblokir hasil penelusuran yang tidak pantas.
Fitur kedua yakni Family Link. Platform ini memungkinkan orang tua untuk menambahkan filter pada Google Search, memblokir situs, serta memberi akses kepada orang yang diizinkan. Selain itu, Family Link juga menyediakan fitur untuk melacak lokasi perangkat anak.
Ketiga, yakni mengoptimalkan fitur kontrol orang tua di YouTube Kids. Fitur ini memungkinkan orang tua untuk membatasi waktu penggunanan. Selain itu, orang tua juga bisa mengatur jenis konten video yang boleh tampil pada layar ponsel anak.
Sebelumnya, Google mengkampanyekan tagar #TangkasBerinternet sebagai bagian dari peringatan Hari Internet Aman Sedunia. Dari kampanye tersebut, Google turut meluncurkan program Keluarga Tangkas Berinternet dengan video edukasi terkait komunikasi orang tua dan anak untuk menciptakan ekosistem digital yang lebih aman dan sehat.