JAKARTA - Pada iOS 14.5, Apple memperkenalkan fitur baru yang menjanjikan keamanan data tingkat lanjut bagi pengguna. Oleh perusahaan, fitur itu disebut transparansi privasi data.
Melalui fitur ini, pengguna bisa lebih leluasa mengatur aplikasi yang boleh melacak. Setiap ada aplikasi atau website yang ingin memindai data pengguna, maka fitur ini akan menampilkan pemberitahuan untuk meminta ijin atas aktivitas tersebut.
Menurut laporan Bloomberg, Google tengah mengembangkan alternatif dari fitur anti-pelacakan milik Apple. Lebih spesifik, fitur tersebut berfungsi membatasi pengumpulan data serta aktivitas pelacakan lintas platform.
Kemunculan fitur ini dianggap penting. Mengingat pengguna smartphone kini kian tersadarkan perihal pentingnya privasi data, terutama usai Apple menekankan keamanan pada sistem operasi terbarunya.
Hanya saja, tim Android harus mempertimbangkan masukan dari bisnis iklan Google. Tampaknya Google tidak akan seketat Apple dalam menerapkan peraturan keamanan tersebut.
Apalagi, Google memiliki pendapatan dari iklan digital sebesar 100 dolar Amerika Serikat (AS) setiap tahunnya. Di samping itu, Google juga memiliki kepentingan dalam membantu mitra dalam menghasilkan pendapatan melalui iklan tertarget kepada pengguna Android.
“Bersama pengembang, kami selalu mencari cara untuk meningkatkan standar privasi sembari menyediakan ekosistem aplikasi yang didukung iklan yang sehat,” terang juru bicara Google kepada Bloomberg, Jumat, 5 Februari.
BACA JUGA:
Kebijakan yang Masih Kontroversial
Saat ini, Android sudah memiliki fitur sejenis. Fitur ini berfungsi untuk menonaktifkan iklan yang dipersonalisasikan. Cara mengaktifkanya bisa diakses melalui menu Pengaturan, masuk ke pilihan Privasi, kemudian ketuk menu Iklan.
Hanya saja, fitur tersebut lebih bersifat membatasi saja. Tak seperti Apple yang benar-benar memblokir seluruh layanan pelacak serta pengumpul data lintas platform. Dan langkah Apple ini tentu disambut suka cita oleh para pengguna. Terutama mereka yang mulai menyadari pentingnya menjaga privasi data.
Hanya saja, langkah Apple tersebut menuai kritikan dari para pelaku industri iklan. Banyak pengusah beranggapan bahwa pengguna bakal menolak pelacakan iklan ketika ditampilan dalam bentuk pemberitahuan. Sehingga, pengusaha yang mengandalkan personalisasi iklan merasa dirugikan.
Bisa terlihat dari bagaimana Mark menanggapi pembaruan tersebut. Memang pada akhirnya Facebook menyesuaikan diri dengan peraturan privasi anyar ini. Seperti sudah diberitakan beberapa hari lalu, Facebook terpaksa mengubah pengaturan personalisasi iklan.
Tapi, sembari perubahan diberikana, Mark Zuckerberg turut memberi komentar. Bagi Mark, perubahan tersebut berpotensi menyulitkan pelaku industri iklan serta pengusaha kecil untuk mendapatkan lebih banyak pengguna.
Maka, di tengah perdebatan antara kenyamanan dan keamanan pengguna dengan industri bernilai besar, akan berada di manakah Google menempatkan dirinya?