Indonesia Berencana Bangun Proyek Estate Sugar Cane
JAKARTA - Pemerintah Indonesia berencana membangunan proyek Estate Sugar Cane atau perkebunan tebu terbesar di Tanah Air.
Proyek ini bertujuan memenuhi kebutuhan gula dan juga etanol di dalam negeri.
Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, rencana pembangunan proyek tersebut juga sudsh disetujui oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Tiko, sapaan akrab Kartika mengatakan, proyek perkebunan tebu tersebut nantinya akan menghasilkan gula dalam jumlah banyak dan dapat diolah menjadi etanol atau bioetanol.
“Saat ini kita sedang dorong Indonesia untuk membangun Estate Sugar Cane karena kita tahu dua negara yaitu Brasil dan India saat ini membangun Estate Sugar Cane dalam skala besar, sehingga ketahanan energi dan transisi energi mereka didorong menuju Bioetanol used,” katanya di Jakarta, Rabu, 11 Oktober.
Kata Tiko, pembahasan di internal pemerintah terkait rencana pembangunan proyek ini sudah dilakukan. Namun sayangnya, Tiko belum menjelaskan secara keseluruhan terkait lokasi pembangunan hingga anggaran investasi yang dibutuhkan.
“Ini merupakan salah satu yang kita diskusikan dan Pak Presiden sangat mendukung untuk kita mempercepat pembangunan Estate Sugar Cane, yang juga penghasil gula dan etanol yang bisa membuat transisi pada bahan bakar ramah lingkungan,” tuturnya.
“Di Brasil saat ini Bioetanol sudah mencapai 27 persen, dan telah dibikin mesin untuk mendukung 100 persen Etanol,” sambungnya.
Sekadar informasi, Indonesia sendiri sudah mulai mengembangkan bahan bakar minyak dengan campuran etanol. Saat ini, bahan bakar tersebut dikenal sebagai Pertamax Green 95. Dimana, di dalamnya terkandung etanol sebanyak 5 persen.
Ketersediaan etanol sendiri umumnya diperoleh dari molases tebu. Karena itu, dalam pengembangan bahan bakar ramah lingkungan ini harus juga diperhatikan ketersediaan tebu untuk kebutuhan produksi gula di dalam negeri.
PT Petamina (Persero) juga berencana mengembangkan Pertamax Green 92, di mana bahan bakar ini akan dicampurkan dengan etanol sebanyak 7 persen.
Nantinya, bahan bakar ini digunakan untuk menggantikan bahan bakar fosil, Pertalite.
Baca juga:
Namun, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan pengembangan Pertamax Green 92 di Indonesia juga harus memperhatikan dahulu ketersediaan etanol di dalam negeri.
Sebab, pergantian Pertalite ke Pertamax Green 92 akan membutuhkan etanol dalam jumlah besar.
“Kita harus kembangin kebun tebu, kemudian maksimalkan produksi gula dalam negeri, ya itu berkembang terus. Nanti kalau ini berkembang, kelebihannya bisa kita bikin etanol atau memang ada yang special area dedicate untuk memang bangun etanol industri,” ujar Arifin.
Karena itu, menurut Arifin, rencana produksi Pertamax Green 92 masih panjang, lantaran masih dilakukan uji coba oleh Pertamina. Termasuk juga mengembangkan Industri etanol di Indonesia.