Bukan Pedagang Saja yang Mengeluh Sepi Pengunjung, Porter di Pasar Tanah Abang Juga Ikut Teriak
JAKARTA – Bukan hanya pedagang di Pasar Tanah Abang yang mengeluh sepinya pengunjung yang membeli barang dagangan. Keluhan juga datang dari sejumlah porter (jasa angkat barang) yang kerap mangkal di Pasar Tanah Abang.
Sepinya pengunjung di Pasar Tanah Abang membuat para porter terlihat santai, mereka hanya duduk menunggu pengunjung yang ingin memakai jasa angkutnya.
"Kalau kondisi sekarang sepi. Sesepinya era COVID19, masih lebih sepi sekarang. Kita kan kuli, kalau sekarang istilahnya porter. Kalau (pengunjung) tidak belanja, kita tidak ada panggulan (barang belanjaan)," ujar Beta, salah satu porter yang sudah 8 tahun bekerja di Blok A Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, Kamis, 5 Oktober.
Beta yang telah bekerja sebagai porter sejak tahun 2015 itu juga tidak terlalu mengerti kenapa tempat pasar Tanah Abang sepi.
"Enggak tau pak pengaruhnya dari mana, apa ekonomi lagi merosot dari daerah, atau jelang pemilu. Padahal dulu waktu Covid, tidak bisa kemana - mana meskipun pakai kartu vaksin (masuk Pasar Tanah Abang). Masih ramai juga panggulan, kalau sekarang haduh (sepi)," katanya.
Beta bercerita, sejak COVID19 lalu, dirinya mudah mendapatkan penghasilan Rp200 ribu. Namun saat ini, pendapatannya merosot drastis. Bahkan pada Kamis, 5 Oktober, sore, dia belum mendapatkan penghasilan sedikitpun.
"Kalau sekarang boro-boro Rp200 ribu, penglaris aja tidak dapat," keluhnya.
Baca juga:
- Mantan Pecandu Judi Online Mengaku Pernah Jual Honda Jazz Rp79 Juta untuk Modal Slot, Istri Marah Ancam Cerai
- Penumpang LRT Mengeluh: Pintu Tidak Bisa Tertutup, AC Tidak Dingin, Mogok dan Diminta Pindah, Padahal Harga Naik
- Ternyata, Sosok Adolf Hitler Jadi Idola Pelajar SMA yang Tewas Usai Terjun Bebas dari Lantai 13 di Rusun Ujung Menteng Cakung
- Akses Jalan Terlalu Sempit, Damkar Kesulitan Padamkan Api di Perumahan Gandaria Jaksel
Beta mengatakan, penghasilan dari panggulan barang tidak bisa dipukul rata. Sebab, sambung Beta, dirinya biasa dapat upah Rp30 ribu sampai Rp 100 ribu.
"Tergantung banyaknya barang yang kita bawa, tergantung orang ngasih (upah). Sebelum COVID, kita tidak banyak nongkrong gini dan menawarkan jasa (angkut). Banyak telepon (dari pemilik toko), dimana bang? Ambil barang kirim ke ekspedisi, bawa ke parkiran. Kalau sekarang duh pusing kita," tuturnya kepada VOI.
Sepinya jasa angkut barang mulai dirasakan Beta sejak Juli 2023 sampai saat ini. Padahal, sambungnya, sebelum bulan Juli, jasa panggulan masih lumayan.
"Setelah masuk bulan Juli ke bulan September, sudah parah," ujarnya.