Tingkatkan Latihan Militer Dekat Taiwan, China: Perangi Arogansi Pasukan Separatis

JAKARTA - Pemerintah China mengatakan pada Hari Rabu, serangkaian latihan militer baru-baru ini di dekat Taiwan bertujuan untuk memerangai arogansi pasukan separatis, sementara kandidat terkuat presiden Taiwan mengatakan Tiongkok sedang mencoba untuk mencaplok pulau itu.

Taiwan, yang diklaim Tiongkok sebagai wilayahnya, mengatakan pada bulan ini, pihaknya telah mengamati puluhan pesawat tempur, drone, pembom dan pesawat lainnya, serta kapal perang dan kapal induk Tiongkok Shandong, beroperasi di dekat wilayahnya.

Meningkatnya frekuensi aktivitas militer Beijing telah meningkatkan risiko terjadinya peristiwa yang "tidak terkendali" dan memicu bentrokan yang tidak disengaja, kata menteri pertahanan pulau tersebut.

Ketika ditanya tentang lonjakan latihan tersebut, dan kekhawatiran Taiwan mengenai peningkatan risiko, juru bicara Kantor Urusan Taiwan Tiongkok Zhu Fenglian mengakui, latihan yang dilakukan oleh Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) tersebut.

"Tujuannya adalah untuk secara tegas memerangi arogansi pasukan separatis kemerdekaan Taiwan dan tindakan mereka untuk mencari kemerdekaan," uajr Zhu dalam jumpa pers rutin di Beijing, melansir Reuters 27 September.

"Provokasi kemerdekaan Taiwan terus berlanjut sepanjang hari, dan tindakan Tentara Pembebasan Rakyat untuk mempertahankan kedaulatan nasional dan integritas wilayah selalu berlangsung," tambahnya.

Lebih jauh Zhu mendesak masyarakat Taiwan untuk membedakan antara "benar dan salah", dengan tegas menentang kemerdekaan pulau itu dan bekerja sama dengan Tiongkok untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan.

Beijing sangat tidak menyukai William Lai, calon presiden terpilih pada Pemilu Bulan Januari di pulau itu karena komentarnya sebelumnya yang mendukung kemerdekaan.

Namun, ia mengatakan ia tidak berusaha mengubah status quo dan telah menawarkan pembicaraan dengan Beijing.

Situasi di Selat Taiwan "belum membaik seiring berjalannya waktu," kata Lai, yang kini menjabat sebagai Wakil Presiden Taiwan.

"Upaya Tiongkok untuk mencaplok Taiwan tidak berubah," sebutnya di sela-sela peringatkan 37 tahun berdirinya Partai Progresif Demokratik (DPP) yang berkuasa hari ini.

Pada Hari Rabu, kementerian pertahanan Taiwan melaporkan pergerakan militer Tiongkok lebih lanjut, dengan mengatakan pihaknya telah mendeteksi dan merespons 16 pesawat Tiongkok yang memasuki zona identifikasi pertahanan udara pulau itu selama 24 jam terakhir.

Dari jumlah tersebut, 12 diantaranya melintasi garis tengah Selat Taiwan, yang menjadi penghalang tidak resmi antara kedua belah pihak, hingga Tiongkok mulai melintasinya secara rutin pada Agustus tahun lalu.

Pekan lalu, Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan pihaknya memantau latihan Tiongkok di Provinsi Fujian, di seberang Taiwan. Biasanya, Taiwan hanya memberikan rincian latihan di langit dan perairan di sekitarnya.

Seorang pejabat senior Taiwan yang mengetahui perencanaan keamanan di wilayah tersebut mengatakan kepada Reuters, informasi tersebut dirilis untuk menunjukkan kapasitas pengawasan dan intelijen Taiwan.

"Kami dapat melihat detailnya dan kami siap," kata sumber tersebut, yang berbicara tanpa mau disebutkan namanya karena mereka tidak berwenang untuk berbicara kepada media.

Kamis besok, Taiwan akan meluncurkan kapal selam pertama dari delapan kapal selam buatan dalam negeri untuk meningkatkan pertahanannya melawan Tiongkok.

Ditanya tentang kapal selam, Zhu mengatakan Taiwan untuk "mencari kemerdekaan dengan kekuatan" hanya akan memperburuk ketegangan dan "mendorong rakyat Taiwan ke dalam situasi berbahaya".

Diketahui, Pemerintahan Taiwan yang terpilih secara demokratis mengatakan hanya masyarakat di pulau itu yang dapat menentukan masa depan mereka, berulang kali menawarkan pembicaraan dengan Tiongkok, namun ditolak oleh Beijing.