Anak Caper Termasuk Bentuk Ketergantungan Emosional, Begini 9 Tips Mengatasinya
YOGYAKARTA – Perilaku anak yang suka cara perhatian dari ortu, termasuk wajar. Tetapi kalau mulai berkeras hati mendapatkan perhatian pengasuhnya, mungkin akan membuat Anda sedikit frustasi. Penting diketahui, caper atau cari perhatian termasuk bentuk ketergantungan emosional. Perhatian yang dicari meliputi pandangan sekilas, persetujuan, pujian, kasih sayang, kepastian, kedekatan, kontak fisik, dan lain-lain.
Seorang psikiater John Bowlby dan psikolog perkembangan Mary Ainsworth menyatakan bahwa bayi dilahirkan memiliki keinginan bawaan membentuk ikatan dengan pengasuhnya untuk memastikan kelangsungan hidup mereka. Seorang bayi mungkin menangis, merengek, rewel, atau bergerak ke arah orang tuanya untuk mencari kedekatan. Dilansir Parenting for Brain, Rabu, 27 September, ketika seorang bayi menerima pengasuhan yang hangat, sensitif, dan responsif sebagai respons terhadap perilaku keterikatannya, maka terbentuklah keterikatan yang aman.
Rasa aman ini menjadi basis perkembangan anak. Seperti mereka memiliki harga diri yang tinggi dan mengembangkan kemandirian seiring pertumbuhan mereka dari keterikatan yang aman tersebut. Berbeda jika terjadi sebaliknya, kalau kebutuhan emosionalnya tidak terpenuhi, mereka menunjukkan lebih banyak perilaku mencari perhatian dan menangis seiring pertumbuhannya. Tips mengatasi anak caper atau cari perhatian yang mulai menyusahkan ortu, lakukan berikut ini.
1. Jangan hiraukan
Menghukum atau memperlakukan buruk perilaku caper, membuat kedekatan emosional antara anak-ortu semakin menjauh. Beberapa anak akan menghentikan perilaku caper jika sementara waktu diabaikan. Namun, ini hanya memperbaiki gejala tetapi tidak menyelesaikan masalah yang mendasarinya.
2. Mengatakannya langsung dengan kalimat yang dipahami
Penting bagi orang tua untuk mengatakan perilaku caper tidak didasarkan empati. Kadang, ia marah karena ingin permen tetapi sebenarnya ia membutuhkan keamanan emosional. Maka tunjukkan perhatian Anda pada mereka dan beri kesempatan mereka menjelaskan. Misalnya “Nak, aku perhatikan kamu mudah marah minggu ini karena hal-hal kecil. Apakah kamu benar-benar kesal dengan permen ini, atau kamu kesal karena aku”. Kemudian, bantu anak mengekspresikan diri dengan kata-kata daripada bertindak.
3. Bantu anak mengidentifikasi masalahnya
Jika Anda menanyakan langsung kepada anak Anda yang sedang mencari perhatian, mereka terkadang dapat langsung mengonfirmasi masalahnya. Namun, terkadang mereka mungkin tidak menyadari penyebab sebenarnya. Hal ini terutama berlaku untuk anak-anak yang masih sangat kecil. Dalam hal ini, Anda perlu membantu mereka menemukan masalah sebenarnya.
4. Ajarkan cara berperilaku yang benar
Ketika anak Anda caper, maka Anda perlu mengenali polanya. Setelah mengetahui pola emosi mereka, Anda bisa bertanya secara langsung tentang masalah yang mendorong perilaku tersebut. Kemudian, Anda bisa mengajarkan cara berperilaku yang benar. Penting diingat, mencegah perilaku caper pada masa kanak-kanak lebih baik daripada memperbaikinya saat mereka telah dewasa.
5. Jangan menyalahkan mereka
Spesies manusia adalah hewan kelompok. Secara evolusi, kita didorong untuk hidup dalam komunitas dan menjaga hubungan. Artinya, menciptakan koneksi atau ikatan bukan kesalahan. Meski anak-anak cari-cari perhatian untuk membangun keterikatan, jangan disalahkan. Lebih baik menunjukkan cara membangun keterikatan secara benar, tanpa caper yang bisa melelahkan ortu.
6. Bangun keterikatan yang aman dengan anak Anda
Mencegah anak-anak jadi caper, perlu menggunakan strategi proaktif. Ortu perlu berusaha menghabiskan waktu cukup bersama mereka dan memberikan perhatian penuh secara teratur. Dengan mendapatkan perhatian cukup, anak-anak terdorong untuk berperilaku positif.
7. Jangan berikan perhatian berlebihan
Tentu sesuatu yang berlebihan tidak akan baik. Maka ortu tidak perlu menghujani anaknya dengan perhatian untuk menunjukkan kasih sayang mereka. Sesuatu yang sederhana seperti memuji perilaku anak Anda yang pantas atau berpelukan selama 10-15 menit dapat menunjukkan kepada mereka bahwa Anda peduli dan memperhatikan mereka.
8. Menilai prioritas
Sering kali ortu memperhatikan perilaku negatif namun tetap tidak bisa menghentikannya. Hal ini biasanya terjadi jika mereka mempunyai prioritas yang salah. Misalnya, Anda cederung mengatasi perilaku caper karena menghentikannya dianggap prioritas. Sesungguhnya, penting memperhatikan kebutuhan anak sebagai prioritas utama. Baru menjalankan strategi untuk mengatasi perilaku caper.
Baca juga:
9. Membutuhkan kesabaran
Mengubah perilaku anak seperti mengajarinya berjalan dan berbicara. Mengubah perilaku tidak bisa dilakukan semalam saja, tetapi berkelanjutan dan membutuhkan kesabaran. Anda bisa memiliki ekspektasi untuk mengukur perkembangan atau perubahan perilaku sesuai dengan tambahnya usia. Namun, saat terlalu sulit atau terlalu berat, jangan ragu mencari bantuan professional seperti psikolog anak.
Itulah sembilan tips mengatasi anak yang suka caper. Dengan cara di atas, Anda bisa membersamai dan membangun ikatan emosional dengan anak tanpa membuatnya cari-cari perhatian.