Kemenperin Pacu Hilirisasi Kakao dan Rumput Laut, Buka Lapangan Kerja Signifikan

JAKARTA - Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memacu hilirisasi industri kakao dan rumput laut dengan dukungan sumber daya manusia (SDM) mumpuni lewat Balai Diklat Industri (BDI) di Makassar yang rutin menyelenggarakan kegiatan Diklat 3 in 1 produk kakao dan rumput laut.

"Melihat bahwa Sulawesi Selatan menjadi kawasan industri strategis, Kemenperin mengoptimalkan agar SDM di sekitarnya dapat memanfaatkan kekayaan alam yang dimiliki untuk memperkuat sektor ekonomi lokal hingga nasional," kata Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kemenperin Masrokhan dalam keterangan tertulisnya, dikutip Rabu, 27 September.

Industri kakao dan rumput laut terus dipacu hilirisasinya lantaran didukung Indonesia menjadi produsen kakao terbesar ketiga di dunia, dengan total produksi 739.483 ton.

Sedangkan untuk capaian nilai ekspor produk kakao olahan nasional pada 2020 telah mencapai 1,12 miliar dolar AS atau naik dibanding tahun sebelumnya yang hanya mencapai 1,01 miliar dolar AS.

Pengembangan hilirisasi industri pengolahan kakao sendiri diarahkan untuk menghasilkan bubuk cokelat, lemak cokelat, makanan dan minuman dari cokelat, suplemen dan pangan fungsional berbasis kakao, serta pengembangan cokelat artisan. Beberapa cokelat artisan Indonesia bahkan sudah mulai masuk tahapan craft chocolate.

Craft chocolate dibuat oleh chocolate maker yang akan mengontrol mulai dari pemilihan bahan baku, produksi, hingga produk akhir. Peningkatan kompetensi sumber daya manusia (SDM) cokelat artisan ini yang juga ditingkatkan oleh Kemenperin dengan melibatkan chocolate maker dan para ahli cokelat artisan.

Pengolahan kakao menjadi bisnis bagi pelaku IKM nasional yang berkembang dan saat ini sudah mampu bergerak pada pengolahan biji kakao menjadi cokelat.

Sementara itu, industri rumput laut sendiri menjadi komoditas yang memiliki banyak produk turunan, sehingga dapat dikembangkan untuk meningkatkan nilai tambah. Saat ini, Indonesia menjadi penghasil rumput laut terbesar nomor dua di dunia.

Selain itu, Indonesia merupakan negara eksportir karagenan keenam di dunia, dan negara eksportir agar ketujuh di kancah global. Negara tujuan ekspor produk olahan rumput dari Indonesia, antara lain ke China, Amerika Serikat, dan Korea Selatan.

Pada 2023 ini, Kemenperin menargetkan sebanyak 26.050 orang akan mengikuti pelatihan, sertifikasi kompetensi dan penempatan atau melalui Diklat 3 in 1, untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing dalam hilirisasi industri.

"Penyelenggaraan Diklat 3 in 1 tentu menjawab tantangan industri saat ini. Melalui pelatihan yang diberikan, akan mempersiapkan SDM yang mampu menjawab tantangan market yang dinamis," ujar Masrokhan.

Dia mengatakan, peserta Diklat 3 in 1 tidak hanya para pekerja yang sudah terampil di industri tersebut, tetapi juga mereka yang mau mengembangkan kembali usaha orang tua atau baru memulai usaha yang berasal dari usia produktif.

"Para peserta usia produktif yang mengikuti pendidikan dan pelatihan Diklat 3 in 1 ini diharapkan mampu memiliki mental entrepreneur. Jadi, setelah dilakukan pendampingan selanjutnya disiapkan untuk memiliki legalitas izin berusaha dan memiliki standardisasi hasil olahan yang telah dibuat dan mampu menciptakan lapangan pekerjaan," ungkapnya.

Sementara itu, Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, hilirisasi memiliki dampak positif terhadap perekonomian nasional, selain dapat meningkatkan nilai tambah, juga mampu menekan produk impor.

"Pengembangan industri penghiliran juga sudah terlihat hasilnya, yaitu produk hasil manufaktur Indonesia yang telah masuk dalam bagian global rantai pasok (value chain). Hilirisasi telah menciptakan sejumlah dampak positif bagi perekonomian Indonesia, di antaranya membuka kesempatan kerja secara signifikan," imbuhnya.