Masyarakat Rohingya Menangis Dalam Senyap, Menlu Retno: Kita Tidak Boleh Tinggal Diam
JAKARTA - Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi mengingatkan kembali kondisi yang terjadi pada masyarakat Rohingya, mendorong aksi nyata untuk membantu mereka, saat menghadiri side event Pertemuan Tahunan Majelis Umum PBB di New York, Amerika Serikat Hari Kamis.
"Nasib masyarakat Rohingya masih belum jelas. Situasi global dan kondisi domestik di Myanmar membuat isu ini semakin kompleks dan sulit. Komitmen politik yang kuat untuk menyelesaikan isu ini adalah niscaya," ujar Menlu Retno dalam pertemuan bertajuk "Have they Forgotten Us? Ensuring Continued Global Solidarity with the Rohingya of Myanmar", dalam keterangan Kementerian Luar Negeri RI, Jumat 22 September.
Lebih jauh Menlu Retno mengatakan, ada dua hal yang perlu dilakukan, guna membantu para pengungsi Rohingya. Pertama, mendorong adanya solusi politik.
"Isu Rohingya adalah isu kemanusiaan, tapi sangat politis. Oleh karenanya, satu- satunya jalan keluar untuk Rohingya ini adalah melalui solusi politik," ujar Menlu RI.
Dijelaskan Menlu Retno, penyelesaian masalah Rohingya harus menjadi bagian integral yang tak terpisahkan dari solusi krisis politik di Myanmar.
Menlu Retno mengungkapkan, upaya dialog nasional yang inklusif yang didorong oleh ASEAN melalui 5 Point Consensus juga harus mencakup penyelesaian bagi masyarakat Rohingya.
Terkait isu repatriasi pengungsi Rohingya, Menlu Retno mengungkapkan, repatriasi harus difasilitasi secara sukarela, aman dan bermartabat.
Menlu Retno kembali menegaskan dalam kesempatan tersebut, ASEAN akan terus membantu Rohingya dan tidak akan pernah melupakannya.
Hal berikutnya yang perlu dilakukan adalah, memastikan tersedianya bantuan kemanusiaan untuk Rohingya. Dikatakannya, secara umum rakyat Myanmar memerlukan bantuan kemanusiaan. Namun, bantuan untuk Rohingya paling dibutuhkan.
"Saat ini lebih dari 1 juta masyarakat Rohingya terlantar dan menjadi pengungsi. Sementara, mereka yang tinggal di wilayah Rakhine juga menghadapi situasi yang sangat sulit. Mereka rentan menjadi korban kejahatan terorganisir," urai Menlu RI.
Baca juga:
- Desak Pengakuan Hak Negaranya, Presiden Abbas: Apa Bahayanya Jika Palestina Memeroleh Keanggotaan Penuh PBB?
- Presiden Abbas: Rakyat Palestina akan Tetap Berada di Tanahnya, Penjajah yang Keluar
- Nilai Gagal Jalani Misi, Presiden Tshisekedi Minta Penarikan Pasukan PBB Dipercepat Akhir Tahun Ini
- Buntut Perselisihan Soal Gandum, Polandia Hentikan Pasokan Senjata ke Ukraina
Karena itu, lanjut Menlu Retno, dukungan dari dunia internasional perlu terus diperkuat.
"Saat ini, masyarakat Rohingya menangis dalam senyap. Hanya karena kita tidak bisa mendengar tangisan mereka, kita tidak boleh tinggal diam," tegas Menlu Retno mengakhiri pernyataannya.
Diketahui, kegiatan terkait Rohingya ini disponsori bersama oleh Indonesia, Amerika Serikat, Inggris, Turki, Kanada, Malaysia, Gambia dan Bangladesh.