Menteri Arifin Tasrif Sebut Cadangan Nikel RI Cukup hingga 15 Tahun ke Depan

JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, Indonesia masih memiliki cadangan dan potensi nikel yang memadai.

Dikatakan Arifin, jika cadangan nikel Indonesia masih cukup hingga 15 tahun ke depan.

"Potensi nikelnya sih sekarang ada cadangan ada potensi. Kalau dengan kapasitas yang sama bisa 15 tahun," ujar Arifin kepada media dikutip Sabtu, 16 September.

Ia merinci cadangan nikel yang dimiliki Indonesia adalah sebesar 5,3 miliar ton sedangkan potensi nikel sebesa 17 miliar ton yang terbagi menjadi dua jenis yakni nikel kadar tinggi atau saprolite yang dikhususkan untuk bahan baku baterai dan nikel kadar rendah atau limonit yang akan digunakan sebagai bahan baku baja tahan karat.

Arifin menambahkan, jika umur cadangan nikel Indonesia bisa diperpanjang lebih dari 15 tahun dengan mengembangkan industri daur ulang.

"Ke depan kan industri baja ini bisa ada industri recycle, bisa top up jadi makin panjang lah. Cuma kita jangan boros," pungkas Arifin.

Sebelumnya, Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batu Bara Irwandy Arif mengatakan, umur cadangan nikel ini tergantung pada kegiatan eksplorasi, penemuan cadangan baru serta pemanfaatan saprolite dan limonite oleh smelter.

Menurut dia, ada beberapa pihak dengan perhitungan yang berbeda yakni cadangan nikel di Indonesia terhitung bahkan tinggal 7 tahun.

Kemudian ada pula yang bilang cadangan nyang tersisa cukup untuk 10 tahun lagi.

Namun yang menjadi perhatian, ujar Irwandy, pemanfaatan nikel di Indonesia harus tetap dibatasi.

“Ada pihak yang bilang 7 tahun, ada yang bilang 10 tahun, ada yg bilang 15 tahun, tergantung konsumsi. Tidak fix 7 tahun, ada perkembangan-perkembangan. Ya kita tetap itu, bahwa harus tetap dibatasi,” lanjut Irwandy.

Sementara untuk menambah umur cadangan beberapa pihak menyebut pemerintah perlu melakukan moratorium atau pembatasan pembangunan smelter nikel.

Irwandy bilang, rencana moratorium ini masih sebatas imbauan dari Menteri ESDM karena makin tingginya konsumsi nikel kadar tinggi atau saprolit.

“Belum ada moratorium, baru imbauan saja dari Pak Menteri karena memang konsumsi bijih saprolitnya luar biasa, ini yang harus kita perhatikan," pungkas Irwandy.