Bagikan:

JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menjabarkan peningkatan nilai tambah pada produk mineral setelah dilakukan hilirisasi.

Untuk mineral tembaga, Arifin mengungkapkan akan mengalami peningkatan nilai tambah sebesar 6 kali lipat dari bijih tembaga menjadi konsentrat dan bertambah menjadi 15 kali lipat setelah menjadi kabel tembaga.

"Kabel ini sangat diperlukan untuk mendukung infrastruktur kelistrikan kita karena tanpa kabel tidak mungkin kita menyalurkan energi listrik," ujar Arifin dalam Rapat Kerja (raker) dengan Komisi VII DPR RI, Senin 20 Maret.

Sementara itu untuk bauksit, Arifin mengatakan akan mengalami peningkatan nilai hingga 8 kali setelah menjadi alumina dan meningkat 18 kali setelah menjadi aluminium. Untuk itu saat ini Indonesia tengah medorong industri aluminium untuk segera mengembangkan kapasitasnya.

"Kita masih impor aluminum dalam jumlah yang cukup besar dan kita dorong supaya bisa menyerap alumina yang ada. Aluminium ini penting sekai sebagai bahan untuk otomotif maupun bahan untuk mendukung industri energi terbarukan," lanjut Arifin.

Adapun untuk nikel akan mengalami peningkatan sebanyak 4 kali lipat setelah diolah dari bijih nikel menjadi feronikel dan nikelmate dan akan terus mengalami peningkatan hingga menjadi katoda baterai.

Selain meningkatkan nilai tambah, lanjut Arifin, program hilirisasi mineral dalam negeri juga akan menguntungkan Indonesia di berbagai aspek seperti peningkatan nilai ekspor dan menyediakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat.

"Dengan proses peningkatan nilai tambah dari bauskit, ini akan ciptakan nilai ekspor hingga 1,5 miliar dolar AS dan akan menyerap 7.600 tenaga kerja," lanjut Arifin.

Asal tahu saja, mulai Juni 2023 pemerintah akan melarang ekspor bauksit demi meningkatkan nilai tambah ekspor. Sebelumnya Indonesia juga telah menghentikan ekspor nikel sejak 1 januari 2020.

"Hasilnya nilai ekspor nikel semula hanya Rp17 triliun atau 1,1 juta dolar AS pada akhir tahun 2014, melonjak meningkat menjadi Rp326 triliun atau 20,9 juta dolar AS pada tahun 2021 atau meningkat 19 kali lipat," kata Presiden Joko Widodo.

Presiden memperkirakan pada 2022 nilai nikel akan tembus lebih dari Rp468 triliun atau lebih dari 30 miliar dolar AS.