6 Tanda Trauma Bonding, Situasi saat Seseorang Terikat pada Hubungan Toksik

JAKARTA - Jika Anda pernah berada dalam hubungan yang penuh kekerasan dan merasakan ikatan dengan pelaku kekerasan, kemungkinan besar Anda mengalami apa yang disebut ikatan trauma atau trauma bonding.

Trauma bonding dalam hubungan terjadi ketika Anda merasa terikat atau bersimpati terhadap pasangan, orang tua, atau teman yang melakukan kekerasan. Pelaku kekerasan sering kali bergantian memperlakukan Anda dengan buruk dan menghujani Anda dengan perhatian positif.

Bentuk perlakuan tersebut secara tak sadar menimbulkan ikatan psikologis yang kuat antara korban dan pelaku. Efek dari trauma bonding dapat sebabkan harga diri rendah serta berkembangnya gangguan kesehatan mental seperti depresi pada korban.

Mengenali tanda-tanda trauma bonding dapat membantu Anda menghindari atau mengambil langkah tepat yang diperlukan untuk memutuskan ikatan tersebut.

1. Membenarkan atau membela perilaku pelaku kekerasan

Menurut Hotline KDRT Nasional, dilansir dari Psych Central, Selasa, 12 September, para penyintas KDRT biasanya menggambarkan bahwa pasangan mereka menunjukkan 90 persen perilaku “sempurna” atau “luar biasa” dan hanya 10 persen perilaku kekerasan. 

Perilaku “baik” secara keseluruhan tersebutlah yang memungkinkan terbentuknya bonding atau ikatan. Hal ini juga dapat mengarahkan korban mencari cara membenarkan perilaku seseorang ketika dia menunjukkan sifat atau perilaku yang tidak sehat. 

Anda mungkin mendapati diri Anda membuat alasan untuk mereka, seperti “oh, mereka hanya sedang mengalami hari yang buruk” atau “Saya seharusnya tidak mengeluarkan uang untuk diri saya sendiri.”

2. Terus-menerus memikirkan orang yang sudah menyakiti Anda

Entah orang tersebut adalah mantan pasangan, saudara, atau teman, jika Anda terus-menerus memikirkannya bahkan setelah dia pergi, kemungkinan besar Anda memiliki trauma bonding dengannya. Dengan kata lain, Anda merasa sulit untuk tidak memikirkan mereka atau berfantasi tentang berada bersama atau berada di dekat mereka lagi meskipun mereka melakukan kekerasan.

(MART Production/Pexels)

3. Anda tetap ingin membantu pelaku

Mirip dengan terus-menerus memikirkan orang yang menyakiti Anda, Anda mungkin menunjukkan tanda-tanda trauma bonding jika Anda terus-menerus berusaha membantu orang tersebut meskipun ada riwayat pelecehan dari mereka.

Ini dapat mencakup hal-hal seperti:

  • menawarkan rumah Anda untuk mereka
  • membantu membayar tagihan mereka
  • menawarkan untuk membayar belanjaan
  • membayar telepon seluler atau layanan internet mereka

4. Anda tidak ingin meninggalkan hubungan

Anda mungkin memiliki trauma bonding jika pasangan, teman, atau kerabat memperlakukan Anda dengan buruk atau berulang kali merusak kepercayaan Anda. Namun, Anda tetap tidak mau meninggalkan situasi tersebut atau memutuskan ikatan dengan mereka.

Jelasnya, memutuskan hubungan jadi hal sulit. Emosi yang campur aduk, ketakutan “memulai dari awal”, ketidakpastian finansial, dan pertimbangan lainnya dapat membuat Anda sulit keluar. Padahal, memilih keluar dapat membantu mencegah eskalasi pelecehan.

5. Mencoba menutupi perilaku pelaku kekerasan

Menutupi perilaku tidak sehat pelaku kekerasan dapat dilakukan dalam beberapa bentuk, seperti:

  • membuat alasan untuk mereka
  • menjadi defensif ketika berbicara dengan teman dan keluarga tentang mereka
  • menjauhkan diri dari keluarga atau teman

Bahkan setelah meninggalkan hubungan tersebut, Anda mungkin masih bungkam tentang perilaku dan pelecehannya. Hal ini mungkin disebabkan oleh berbagai alasan termasuk rasa malu, rasa takut tak ada yang mempercayai Anda, atau takut akan hukuman.

6. Anda tidak mengungkapkan perasaan atau pendapat yang sebenarnya

Jika Anda merasa tidak bisa jadi diri sendiri saat berada di dekat pasangan, teman, atau anggota keluarga yang jadi pelaku kekerasan, itu bisa jadi tanda adanya trauma bonding.

Hal ini dapat mencakup keengganan mengungkapkan perasaan, pendapat, atau pemikiran Anda. Anda mungkin juga menyadari bahwa Anda mulai mencocokkan pemikiran mereka untuk menyenangkan atau dan mencegah mereka marah.

Meski sulit, memutuskan trauma bonding dengan pelaku masih bisa terjadi.  Menurut Hotline KDRT Nasional, beberapa cara memutuskan trauma bonding antara lain fokus pada kenyataan, fokus pada situasi saat ini, belajar tentang self-care, serta latihan self-talk positif.