Korban Tewas Gempa Maroko Bertambah Jadi 2.122 Orang, Tim Penyelamat Berpacu dengan Waktu
JAKARTA - Tim penyelamat berpacu dengan waktu untuk melanjutkan pencarian orang-orang yang hilang, pasca-gempa bumi hebat mengguncang Maroko, sementara mereka yang selamat membutuhkan makanan, air dan tempat berlindung dengan jumlah korban tewas kini tembus 2.100 orang.
Banyak orang menghabiskan malam ketiga di tempat terbuka setelah gempa berkekuatan 6,8 skala Richter terjadi pada Jumat malam. Para pekerja bantuan menghadapi tantangan untuk menjangkau desa-desa yang terkena dampak paling parah di High Atlas, sebuah pegunungan terjal di mana permukiman seringkali terpencil dan banyak rumah hancur.
Jumlah korban tewas meningkat menjadi 2.122 dengan 2.421 orang terluka, demikian laporan TV pemerintah, seperti melansir Reuters 11 September.
Pemerintah Maroko telah mengumumkan tiga hari berkabung, dengan aja Mohammed VI menyerukan agar doa bagi korban tewas diadakan di masjid-masjid di seluruh negeri.
Maroko mengatakan, mereka mungkin akan menerima tawaran bantuan dari negara-negara lain dan akan bekerja untuk mengkoordinasikannya jika diperlukan, menurut TV pemerintah.
Kerusakan yang terjadi pada warisan budaya Maroko semakin terlihat ketika media lokal melaporkan runtuhnya sebuah masjid abad ke-12 yang bersejarah. Gempa juga merusak beberapa bagian dari Kota Tua Marrakesh, sebuah situs Warisan Dunia UNESCO.
Sementara itu, warga bernama Yassin Noumghar (36) mengeluhkan kekurangan air, makanan dan listrik, mengatakan sejauh ini korban hanya menerima sedikit bantuan pemerintah.
"Kami kehilangan segalanya, kami kehilangan seluruh rumah. Kami hanya ingin pemerintah membantu kami," kata Noumghar.
Kemudian, karung-karung makanan diturunkan dari sebuah truk yang menurut pejabat setempat Mouhamad al-Hayyan diorganisir oleh pemerintah dan organisasi masyarakat sipil.
Dengan banyaknya rumah yang dibangun dari batu bata lumpur dan kayu atau semen dan balok angin, struktur bangunan mudah runtuh. Ini adalah gempa bumi paling mematikan di Maroko sejak tahun 1960 ketika gempa bumi diperkirakan menewaskan sedikitnya 12.000 orang.
Sementara itu, tentara yang dimobilisasi untuk membantu upaya penyelamatan, mendirikan kamp dengan tenda untuk para tunawisma. Karena sebagian besar toko rusak atau tutup, warga kesulitan mendapatkan makanan dan perbekalan.
Pusat gempa berada 72 km (45 mil) barat daya Marrakesh, sebuah kota yang dicintai oleh warga Maroko dan turis asing karena masjid abad pertengahan, istana, dan seminari yang dihiasi dengan ubin mosaik berwarna cerah di tengah labirin gang-gang berwarna merah jambu.
Baca juga:
- Presiden Erdogan Sebut Upaya Pemulihan Kesepakatan Biji-bijian yang Mengabaikan Rusia Pasti akan Gagal
- Lukisan yang Dibeli Seharga Rp61 Ribu Ini Ternyata Karya Seniman Ternama, Diperkirakan Laku Rp3 Miliar dalam Lelang
- Seoul Miliki Kolam Renang Umum untuk Anjing Pertama di Taman Sungai Han, Diawasi Pelatih Ahli
- Venesia Berencana Terapkan Biaya Masuk untuk Turis Harian
Pemerintah mengatakan pada Hari Minggu, mereka telah menyiapkan dana untuk masyarakat yang terkena dampak gempa. Pemerintah juga mengatakan pihaknya memperkuat tim pencarian dan penyelamatan, menyediakan air minum dan mendistribusikan makanan, tenda dan selimut. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan lebih dari 300.000 orang terkena dampak bencana tersebut.
"Dua hingga tiga hari ke depan akan sangat penting untuk menemukan orang-orang yang terjebak di bawah reruntuhan,” kata Caroline Holt, direktur operasi global Federasi Internasional Masyarakat Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC), kepada Reuters.
Holt menambahkan, sistem bantuan internasional telah menunggu undangan dari Maroko untuk memberikan bantuan.