Bentrok di Pulau Rempang, Mahfud Ingatkan Aparat Utamakan Kemanusiaan Saat Tangani Kerumunan
JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD minta aparat penegak hukum menangani kerumunan massa sesuai standar. Mereka juga diminta mengedepankan rasa kemanusiaan.
Hal ini disampaikan Mahfud menanggapi bentrokan polisi dengan warga di Pulau Rempang-Galang, Batam, Kepulauan Riau. Akibat kejadian itu ada belasan pelajar yang menjadi korban karena petugas menembakkan gas air mata. Polri secara terpisah membantah adanya korban pelajar.
"Kita secara hukum minta kepada aparat penegak hukum untuk menangani masalah kerumunan orang itu atau aksi unjuk rasa atau yang menghalangi eksekusi hak atas hukum itu supaya ditangani dengan baik dan penuh kemanusiaan," kata Mahfud kepada wartawan di Jakarta, Jumat, 8 September.
"Itu sudah ada standarnya. Itu masalah tindakan pemerintah dan tindakan aparat supaya Polri hati-hati," sambungnya.
Meski begitu, Mahfud mengatakan semua pihak harus melihat konflik yang terjadi secara lengkap. Sebab, kejadian itu diawali karena masyarakat tak tahu tanah milik negara yang sudah diberikan hak gunanya kepada perusahaan.
Hanya saja, tanah itu ternyata ditempati oleh warga sekitar ketiga investor datang ke sana. "Proses pengosongan tanah inilah yang sekarang menjadi sumber keributan. Bukan hak atas tanahnya, bukan hak guna usahanya. Bukan," tegas Mahfud.
Baca juga:
- KLHK Awasi 32 Kegiatan Industri yang Bikin Polusi Udara di Jabodetabek
- Polri Klaim Tak Ada Korban Bentrokan di Rempang Batam: Siswa Pingsan-Bayi Meninggal Tidak Benar
- Bareskrim Tahan Dito Mahendra Buronan Kasus Senpi yang Ditangkap di Bali
- Tunggu Majelis Syuro PKS Putuskan Cawapres, Jubir Anies Baswedan: Semoga Hasilnya Sesuai Harapan
Sebelumnya, petugas gabungan dari Polri, TNI, Ditpam Badan Pengusahaan (BP) Batam, dan Satpol PP terlibat bentrok dengan warga Rempang yang tengah menjaga proses pengukuran, Kamis.
Adapun keributan pecah saat petugas gabungan tiba di lokasi. Keributan itu dipicu karena warga masih belum setuju dengan adanya pengembangan kawasan tersebut yang merupakan kampung adat masyarakat Melayu. Akibat keributan tersebut, petugas terpaksa menembakkan gas air mata karena situasi yang tidak kondusif.
"Ada belasan siswa yang saya tahu dibawa oleh ambulans ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Gas air mata itu tadi terbawa angin, karena ribut dekat dari sekolah kami," ujar Kepala Sekolah SMP Negeri 22 Muhammad Nazib saat ditemui di lokasi.