Revisi Taksonomi Hijau, Bos OJK Buka Peluang PLTU Batu Bara Masuk dalam Pembiayaan Berkelanjutan
JAKARTA - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar mengungkapkan jika terdapat peluang Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) masuk dalam pembiayaan berkelanjutan.
Mahendra mengatakan jika saat ini pihaknya masih melakukan revisi atas aturan taksonomi hijau atau green taxonomy.
"Memang saat ini OJK sedang merevisi taksonomi hijau yang telah kita terbitkan sebelumnya. Revisi itu dikaitkan dengan berbagai perkambangan yang terjadi di kawasan maupun internasional," ujarnya dalam konferensi pers RDK Bulanan Agustus 2023 yang dilaksanaan secara virtual, Selasa 5 September.
Ia mencontoh untuk kawasan ASEAN sendiri baru melakukan revisi Asean Taxonomy for Sustainable Finance yang sudah disahkan versi keduanya yang antara lain menyatakan bahwa untuk PLTU batu bara yang dalam proses transisi menuju pensiun dini termasuk dalam kelompok yang dapat diberikan pembiayaan berkelanjutan.
"Dengan kata lain masuk dalam kategori hijau apabila PLTU batu bara tersebut dalam proses transisi energi, ini merupakan yang pertama kali disetujui organisasi regional atau internasional," beber Mahendra.
Menurutnya, di negara lain biasanya proses transisi energi adalah apabila percepatan pensiun dini PLTU batu bara tersebut dikaitkan dengan pembangunan dari suatu pembangkit listrik EBT sebagai satu kesatuan.
Baca juga:
"Tapi kalau dalam konteks tertentu belum tentu suatu pengakhiran dini dari PLTU batu bara semata mata harus dikaitkan langsung dengan pembangunan konstruksi dari pembangkit listrik EBT," lanjut Mahendra.
Sementara itu bagi PLTU batu bara yang energinya digunakan untuk industri berbasis hijau seperti indutri baterai kendaraan listrik, Mahendra mengatakan jika saat ini pihaknya amsih mengkaji mebih lanjut dalam revisi taksonomi Indonesia. Sebab, kata dia, yang perlu dilihat nantinya adalah hasil akhir dari keleuruhan proses rantai pasok yang dapat meberikan lebih banyak manfaat dan dampak positif.
"Ini sedang kami kaji karena kerterkaitan satu produksi di hilirnya atau midstreamnya akan menentukan sebagai suatu keseluruhan bagaimana hasil penghitungan dari produk yg dihasilkan rantai pasok," pungkas Mahendra.