Presiden Erdogan dan Putin Buka Peluang Pemulihan Kesepakatan Biji-bijian Laut Hitam, Ukraina Ingin Jalur Alternatif

JAKARTA - Menteri Luar Negeri Ukraina menginginkan adanya jalur alternatif, kendati upaya pemulihan kesepakatan biji-bijian Laut Hitam tengah diusahakan, menegaskan Kyiv tidak akan mengubah posisinya mengenai kesepakatan tersebut.

Upaya pemulihan Kesepakatan Biji-bijian Laut Hitam menjadi salah satu hal yang dibahas oleh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan koleganya Pemimpin Rusia Vladimir Putin saat bertemu di Sochi, Hari Senin.

"Inisiatif Biji-bijian Laut Hitam harus dipulihkan. Inisiatif ini tidak boleh dipulihkan dengan mengorbankan pemerasan dan memenuhi keinginan Rusia. Hal ini karena tidak ada dasar hukum atau politik bagi Rusia untuk menarik diri dari perjanjian tersebut," ujar Menlu Ukraina Dmytro Kuleba, melansir Ukrinform 5 September.

"Jika kita memberikan konsesi kepada mereka sekarang, mereka akan kembali dan kemudian menarik diri lagi sebulan kemudian untuk mengajukan persyaratan baru. Itu hanya pemerasan klasik," lanjutnya.

Lebih jauh ia mengatakan, Rusia tidak dapat dipercaya sehingga perlu dikembangkan jalur ekspor maritim alternatif untuk Black Sea Grain Initiative. Menurut dia, secara teknis ada kemungkinan untuk mewujudkan hal tersebut, namun perlu dilakukan penguatan keamanan tambahan.

"Kami telah menunjukkan bahwa jalur ini berhasil. Kami telah menunjukkan bahwa ada negara-negara yang menyatakan minatnya untuk membantu kami mengatur jalur ini secara stabil," tambah Kuleba.

Selain itu, Kuleba juga menyebut Ukraina tidak akan melunakkan posisinya dalam kesepakatan ini, meski ada seruan dari Presiden Erdogan, termasuk tekanan sanksi terhadap Rusia.

Sebelumnya, berbicara pada konferensi pers bersama dengan Presiden Putin, Pemimpin Turki Erdogan mengatakan Ukraina "tentu saja harus melunakkan pendekatannya untuk mengambil langkah bersama dengan Rusia," seperti mengutip TASS.

Diketahui, Kesepakatan Biji-bijian Laut Hitam yang memungkinkan ekspor biji-bijian secara aman melalui Laut Hitam meski ada perang, diberlakukan sejak invasi Rusia tahun lalu dan telah diperpanjang beberapa kali tapi berakhir 17 Juli lalu, setelah Rusia menarik diri lantaran menilai sejumlah syarat mengenai kepentingan Moskow belum juga direalisasikan.

Usai pertemuan kemarin, Presiden Putin mau Erdogan memberikan sinyal baik, kesepakatan itu dapat dipulihkan, dengan Pemimpin Rusia mengatakan Moskow siap kembali ke kesepakatan beberapa hari setelah persyaratan terkait mereka dipenuhi.