Alasan Kasus Penggunaan Dinar dan Dirham di Depok Lama Terungkap
JAKARTA - Bareskrim Polri menjelaskan alasan baru terungkapnya perkara penggunaan uang dinar dan dirham dengan tersangka Zaim Saidi. Salah satu di antaranya karena Pasar Muamalah tak setiap hari beroprasi.
"Pasar ini kan satu bulan sekali. Suka satu bulan sekali, atau 2 minggu sekali kan gitu. Bukan 2 minggu sekali, 1 bulan sekali," ucap Kabag Penum Divisi Humas Polri, Kombes Ahmad Ramadhan kepada wartawan, Rabu, 3 Februari.
Selain itu, Pasar Muamalah ini juga hanya beroprasi dua sampai empat jam. Kemudian, mata uang yang diganakan juga berupa koin. Sehingga tida telalu mencolok.
"Awalnya juga di komunitas dia, sekarang seiring dengan berjalannya waktu ya pedagangnya 10 sampai 15," ungkap dia.
Bahkan, dalam pengungkapan perkara ini penyidik juga harus melewati proses penyelidikan. Sehingga, membutuhkan waktu untuk mendapatkan bukti.
"Ya jadi yakin dulu penyidiknya, memenuhi unsur-unsur dulu, kemudian melakukan gelar perkara, menentukan, baru dilakukan penangkapan," tandas dia.
Baca juga:
Adapun, fenomena penggunaan dirham dan dinar sebagai alat pembayaran di sejumlah daerah di Pulau Jawa mendadak viral di dunia maya. Dalam penelusuran VOI di jagat internet, informasi penting didapatkan dari akun Twitter Remaja Muslim @Pencerah__.
Dari cuitannya diungkap bahwa pemakaian dirham dalam transaksi jual-beli terkonsentrasi di pusat perdagangan dengan sebutan Pasar Muamalah.
“Pasar-pasar Muamalah ini berada dalam otoritas Amirat Nusantara yang dipimpin oleh Zaim Saidi, Ia dikenal sebagai pelopor gerakan kembalinya koin dinar emas dan dirham perak di Indonesia,” demikian tulis akun tersebut Kamis, 28 Januari.
Lebih lanjut, dia juga menjelaskan bahwa aktivitas tersebut merupakan bagian dari aksi menolak sistem ekonomi yang berlaku di Indonesia. Alasannya, karena Zaim dan pengikutnya menilai ekosistem perdagangan yang ada sekarang tidak sesuai dengan pandangan mereka.
“Zaim Zaidi (diduga HTI) yang anti terhadap sistem finansial saat ini yang dianggapnya sebagai kapitalisme riba,” tutur dia.
Dalam posting tersebut, @Pencerah__ mengungkapkan bahwa Zaim telah melakukan kampanye penggunaan dirham dan dinar sejak lama. Hal ini dikuatkan oleh bukti yang dia posting pada laman Twitter-nya.
“Jejak digital Zaim Saidi dalam upaya menghasut masyarakat untuk tinggalkan uang kertas rupiah dan kembali kepada dirham dan dinar sebagai alat transaksi pasar. Ini tujuan HTI yang ingin kembali ke era Rasulullah namun dengan cara yang salah,” tegasnya.
“Dari hasil penelusuran saya, sudah ada beberapa pasar Muamalah di beberapa daerah Nusantara. Seperti di Yogyakarta, Bekasi dan di Depok-Jawa barat,” sambung @Pencerah__ menjelaskan.