AS Kembali Umumkan Bantuan Militer untuk Ukraina Meski Dikritik Moskow, Menlu Blinken: Rusia Memulai Perang

JAKARTA - Amerika Serikat kembali mengumumkan bantuan militer untuk Ukraina, kendati sebelumnya dikritik oleh Moskow dengan mengatakan Washington mengabaikan peringatan yang disampaikan.

Paket bantuan keamanan terbaru senilai 250 juta dolar AS atau sekitar Rp3.807.537.500.000 diumumkan oleh Menteri Luar Negeri Antony Blinken.

Menlu Blinken menjelaskan, mengatakan paket bantuan tersebut mencakup rudal pertahanan udara, amunisi artileri, sistem dan roket Javelin, serta peralatan pembersih ranjau.

"Paket senjata dan peralatan ini, yang bernilai 250 juta dolar AS, sedang dilaksanakan berdasarkan penarikan yang sebelumnya ditujukan untuk Ukraina," jelasnya seperti melansir CNN 30 Agustus.

AS juga akan memasok kebutuhan ambulans serta suku cadang, pelatihan, hingga pengangkutannya, kata Blinken.

"Rusia memulai perang ini dan dapat mengakhirinya kapan saja dengan menarik pasukannya dari Ukraina, menghentikan serangan brutalnya," ujar Menlu Blinken.

"Sampai hal tersebut terjadi, Amerika Serikat dan sekutu serta mitra kami akan tetap bersatu dengan Ukraina, selama diperlukan," tandasnya.

Sejauh ini, Amerika Serikat telah memberikan bantuan militer senilai lebih dari 43 miliar dolar AS untuk Ukraina sejak invasi Rusia Februari tahun lalu, seperti dikutip dari Reuters.

Awal bulan ini, Presiden Joe Biden telah meminta Kongres Amerika Serikat untuk menyetujui bantuan tambahan sebesar 24 miliar dolar AS.

Baik anggota Partai Demokrat dan Partai Republik di Kongres mendukung bantuan Ukraina. Namun beberapa anggota Partai Republik sayap kanan, terutama yang bersekutu dengan mantan Presiden Donald Trump, ingin bantuan itu dikurangi.

Diberitakan sebelumnya, Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov menyebut negara-negara Barat mengabaikan semua sinyal peringatan dari Rusia, tentang risiko penyebaran senjata yang dipasok untuk Ukraina ke seluruh dunia, menimbulkan potensi konflik di berbagai wilayah.

"Hari ini Amerika Serikat dan NATO serta Uni Eropa demi menyelamatkan proyek geopolitik mereka sendiri untuk mengurung Rusia dan memecah belah dunia Rusia memompa senjata yang lebih canggih ke Ukraina, sehingga memicu konflik dan memprovokasi penyebaran (senjata) yang tidak terkendali ke seluruh dunia," kata Menlu Lavrov di sela-sela gelaran Konferensi Keamanan Internasional Moskow ke-11, melansir TASS.

"Semua sinyal-sinyal peringatan kami diabaikan atau didistorsi secara besar-besaran untuk tujuan propaganda," tegasnya.

"Cukup banyak fakta yang menggambarkan hal ini telah disajikan. (Barat) secara tidak bertanggung jawab dan secara signifikan meningkatkan ancaman bentrokan militer langsung antara kekuatan nuklir," tandas Menlu Lavrov.