Ulang Tahun ke-78 Republik Indonesia: Mengatasi Kelaparan dan Stunting Menuju Kemerdekaan

Indonesia, negeri dengan ribuan pulau indah dan warisan budaya yang tak terhingga, telah mengalami beragam perjalanan dalam sejarahnya. Ketika ulang tahun ke-78 Republik Indonesia tiba, semangat kemerdekaan masih membahana di hati setiap warga. Namun, pertanyaan mendasar muncul: Apakah negeri ini benar-benar telah membebaskan diri dari ancaman kelaparan dan stunting yang menggerogoti kesejahteraan rakyatnya?

Memori terpatri: Proklamasi Kemerdekaan 1945 menjadi tonggak sejarah yang bergema hingga kini. Namun, apa sebenarnya pesan di balik kata-kata proklamasi ini bagi kehidupan bangsa Indonesia hari ini? Selain sebagai simbol kemerdekaan politik, proklamasi ini mengandung panggilan penting akan kemandirian dan kemakmuran. Kendati demikian, tantangan masih membelenggu, terutama dalam memerangi kelaparan dan stunting.

Kemerdekaan sejati tak sekadar hak politik, namun juga hak setiap warga negara untuk hidup layak dan sejahtera. Agar mimpi kemerdekaan ini tak sekadar angan, langkah nyata harus diambil untuk mengatasi masalah kelaparan dan stunting.

Sebagai bangsa yang berdiri di atas beragam latar belakang budaya dan kekayaan sumber daya alam, Indonesia memiliki potensi besar untuk meraih kemakmuran. Prestasi tersebut tampak pada akhir tahun 2021 di mana Indonesia peringkat ketiga dalam hal kemakmuran di Asia Tenggara.

Namun, realitas kadang menyimpan ironi di balik angka pertumbuhan ekonomi yang riil. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2021 mencatat angka kemiskinan sebesar 27,54 juta jiwa. Meskipun angka ini turun menjadi 25,90 juta jiwa pada Maret 2023, dengan persentase kemiskinan perkotaan mencapai 7,29 persen—lebih rendah dari 7,53 persen pada September 2022—kenyataannya masih banyak rakyat yang harus menghadapi kelaparan.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak mencatat bahwa setiap anak Indonesia berhak bebas dari kelaparan. Namun, fakta saat ini belum sepenuhnya mencerminkan tujuan mulia ini. Upaya untuk mereduksi angka kelaparan dan stunting harus menjadi prioritas utama. Presiden Joko Widodo menegaskan bahwa lebih dari 345 juta orang di seluruh dunia terancam kelaparan, termasuk di Indonesia.

Meski demikian, terdapat optimisme melalui penurunan prevalensi stunting. Menurut laporan Kementerian Kesehatan, prevalensi stunting turun dari 24,4 persen menjadi 21,6 persen di tahun 2022. Untuk mencapai target 14 persen di tahun 2024, seperti yang diharapkan oleh Presiden Jokowi, diperlukan upaya penguatan peran keluarga, sesuai dengan yang dicanangkan dalam Hari Keluarga Nasional 2023.

Komitmen pemerintah dan masyarakat dalam menangani masalah ini tidak boleh terabaikan. Statistik menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan terus menurun seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang stabil. Namun, tantangan besar masih terhampar di depan.

Sebagai pemimpin ASEAN tahun 2023, Indonesia memiliki tanggung jawab penting dalam mewujudkan kemakmuran di kawasan ini. Di usia yang ke-78, Indonesia berada pada momentum penting untuk mendorong perubahan positif. Kerja sama lintas sektor, mulai dari pemerintah, dunia usaha hingga keluarga, akan membawa Indonesia menuju impian bersama: merdeka dari kelaparan dan stunting, sehingga setiap warganya bisa menikmati makna kemerdekaan yang sesungguhnya. Tidak boleh ada rakyat Indonesia yang mati kelaparan.

Untuk itu, tindakan konkret harus diambil. Ulang tahun ke-78 Republik Indonesia bukan hanya perayaan, melainkan panggilan untuk bergerak bersama dalam mewujudkan kemerdekaan sejati bagi seluruh rakyatnya.