Cuaca Buruk Hambat Pengiriman Bantuan ke Puncak Papua Tengah
JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan dukungan kemanusiaan yang rencananya akan dikirim langsung pada hari yang sama masih terkendala oleh cuaca buruk.
Menko Muhadjir juga menjelaskan Distrik Agandugume berada di perbukitan dengan ketinggian mencapai 914 mdpl, sehingga hal itu dapat membahayakan penerbangan.
“Kendalanya cuaca. Ada masalah kendala cuaca. Karena bandara Distrik Agandugume ini berada di atas ketinggian 3.000 kaki (914 mdpl). Karena pertimbangan cuaca, maka hari ini kita tunda dulu, besok pagi kita coba lagi,” jelas Menko Muhadjir dilansir ANTARA, Rabu, 2 Agustus.
Menyinggung mengenai bencana kekeringan dan cuaca dingin ekstrem, Menko Muhadjir sedikit menjelaskan bahwa hal itu merupakan fenomena tahunan yang biasa terjadi mulai pada Mei, Juni, hingga Juli.
Fenomena ini, menurut dia, ditandai dengan hujan es disertai kabut es yang dapat menyebabkan tanaman dan umbi-umbian membusuk sehingga tidak layak konsumsi.
Di samping itu, kata dia, udara kering juga membuat tanaman tidak dapat tumbuh sempurna.
Baca juga:
- NasDem Anggap Figur NU Bisa Tambal Kelemahan Anies Baswedan
- Deputi Biro Pers Istana Bey Machmudin hingga Guru Besar Unpad Diusulkan DPRD Jadi Calon Pj Gubernur Jabar
- Menko Polhukam Sebut Analisis TPPU Panji Gumilang Sudah Diserahkan ke Polisi
- Mahfud MD: Pemerintah Pertimbangkan Usulan Revisi UU Peradilan Militer
Berdasarkan data yang dihimpun, ada sebanyak 7.500 jiwa yang terdampak bencana kekeringan dan cuaca dingin ekstrem, dimana fenomena yang terjadi sejak Juni 2023 itu telah menyebabkan enam orang meninggal dunia.
“Ini kan sebenarnya sudah terjadi secara periodik. Hampir peristiwa tahunan mulai dari Mei, Juni, dan Juli. Itu dimulai dengan datangnya hujan es dan kabut es. Kabut es ini yang lebih mematikan. Jadi tumbuhan dan umbi-umbian ini membusuk dan kemudian diikuti dengan udara kering. Pada saat udara kering ini. tidak ada tanaman yang tumbuh,” kata Menko Muhadjir.