Wujudkan Negara Maju, Indonesia akan Siapkan SDM Industri Produktif dan Kompeten

JAKARTA - Indonesia menargetkan menjadi negara industri tangguh pada 2035. Guna mencapai visi tersebut, pertumbuhan sektor industri pengolahan nonmigas ditargetkan mencapai 6,4 persen dan kontribusi industri terhadap PDB sebesar 19,2 persen pada 2025.

Tak hanya itu, indikator lain yang menjadi target untuk mencapai visi negara industri tangguh adalah jumlah tenaga kerja di sektor industri pengolahan nonmigas sebesar 22,6 juta orang, persentase jumlah tenaga kerja di sektor industri pengolahan nonmigas terhadap total pekerja sebesar 15,7 persen, dan produktivitas tenaga kerja sektor industri pengolahan nonmigas sebesar Rp128,4 juta per orang.

"Target-target itu bukan hal yang mudah untuk dicapai, sehingga diperlukan terobosan program dan langkah-langkah kerja yang bisa mengakselerasi pembangunan sumber daya manusia (SDM) industri yang produktif, kompeten, dan berdaya saing global di era transformasi digital saat ini," ujar Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Kamis, 27 Juli.

Menperin Agus menekankan pentingnya ketersediaan SDM industri yang memiliki produktivitas tinggi, tidak hanya dari skill, tetapi juga yang berbudaya kerja yang baik.

"Salah satu yang harus jadi perhatian adalah produktivitas. Dengan jam kerja sama yang dilakukan tenaga kerja di negara lain, kami harus mampu menciptakan produk-produk lebih baik," kata dia.

Guna mendukung penyediaan SDM industri kompeten, Kemenperin juga telah menyiapkan infrastruktur dan sarana prasarana guna melaksanakan program pengembangan SDM industri melalui 11 Politeknik, dua Akademi Komunitas, sembilan SMK industri, dan tujuh Balai Diklat Industri.

"Selain itu, juga terdapat Pusat Industri Digital Indonesia (PIDI) 4.0 yang menawarkan layanan untuk membantu industri dalam proses transformasi digital," tuturnya.

Secara keseluruhan atau 100 persen, lulusan dari unit pendidikan vokasi di bawah Kemenperin langsung diterima kerja di sektor industri. Artinya, dari sisi kualitas, unit pendidikan vokasi milik Kemenperin sudah sangat baik. Namun, saat ini yang perlu digenjot adalah sisi peningkatan jumlah atau kuantitasnya.

Sebab, rata-rata penambahan kebutuhan tenaga kerja di sektor industri sebanyak 600-700 ribu per orang. Ini juga menunjukkan bahwa sektor manufaktur semakin bergeliat, tidak sedang mengalami deindustrialisasi, karena meningkatnya penyerapan tenaga kerja.

Oleh karena itu, dalam upaya memacu produktivitas SDM industri manufaktur nasional agar bisa berdaya saing global, perlunya memperhatikan perkembangan teknologi dan juga dinamika di dunia internasional.

"Jadi, kami harus mampu beradaptasi terhadap paradigma dari waktu ke waktu yang semakin berkembang, misalnya terkait energi terbarukan dan digitalisasi, untuk menuju green product," ungkapnya.

Lebih lanjut, Agus juga berharap Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kemenperin dapat meningkatkan kompetensi dari sekolah-sekolah yang ada, agar bisa meningkatkan kualitas dan kuantitas lulusannya hingga mereka dapat diterima di industri yang berada di luar neger.

"Bila perlu BPSDMI harus dapat menargetkan agar unit pendidikan kami memiliki sertifikat kompetensi setara dengan unit pendidikan yang ada di luar negeri, sehingga lulusannya dapat dipandang secara setara," pungkasnya.