Indonesia Teken MoU dengan Korea Selatan Perkuat Kapasitas SDM Industri
Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan dan Akses Industri Internasional Kementerian Perindustrian, Eko S.A. Cahyanto. Foto: Dok. Kemenperin

Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menandatangani nota kesepahaman atau MoU dengan Korea National Ppuri Industry Center (KPIC) dalam bidang pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), perluasan potensi, akses pasar, serta peningkatan investasi dan perdagangan Indonesia-Korea Selatan.

Penandatanganan MoU yang dilakukan oleh Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kemenperin dengan Korea National Ppuri Industry Center (KPIC) tersebut difasilitasi oleh Direktorat Jenderal Ketahanan, Perwilayahan, dan Akses Industri Internasional (KPAII) Kemenperin.

"MoU tersebut diharapkan akan memperkuat kerja sama sumber daya manusia (SDM) antara Indonesia dan Korea, memperluas potensi, mendorong akses pasar yang lebih luas dan berkesinambungan bagi sektor industri yang terlibat, serta membuka jalan bagi peningkatan investasi dan perdagangan antara kedua belah pihak," kata Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan dan Akses Industri Internasional Kementerian Perindustrian, Eko S.A. Cahyanto di Jakarta, pada Senin, 18 September.

Eko berharap, MoU tersebut juga akan menjadi tonggak sejarah baru dalam hubungan bilateral antara Indonesia dan Korea, serta memberikan manfaat yang berkelanjutan bagi kedua pihak dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat di masa depan.

"Di sisi lain, hubungan bilateral antara Indonesia dan Korea Selatan semakin erat dan sinergi antar industri semakin meningkat," ujarnya.

Puri technology sendiri merupakan istilah dalam Bahasa Korea untuk menyebut teknologi yang digunakan dalam proses dasar di sektor manufaktur.

Lingkup kerja sama Ppuri Technology meliputi pelatihan/peningkatan kapasitas tenaga kerja industri dan penerapan sertifikasi standar SDM industri di Indonesia.

Kerja sama ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas SDM industri dalam melakukan proses dasar manufaktur, termasuk casting, molds, welding, heat treatment, metal forming, dan surface treatment.

Langkah ini akan dilakukan dengan mengaplikasikan teknologi pemrosesan generasi berikutnya, yang mencakup injection press, precise machining, additive manufacturing, industrial film and paper processing, robots, sensor, industrial intelligence software, dan engineering design.

Pada kesempatan sama, Kepala BPSDMI Kemenperin Masrokhan menyambut baik kerja sama dengan KPIC guna mendukung pembangunan SDM industri di Indonesia. Dia mengatakan, jumlah kebutuhan tenaga kerja industri kompeten sekitar 682.000 orang setiap tahun.

Sehingga, memerlukan dukungan untuk penciptaan SDM industri yang kompeten adalah melalui penyelenggaraan pendidikan vokasi dan pelatihan industri berbasis kompetensi di unit-unit pendidikan yang dimiliki.

"Kami menyambut baik dan berterima kasih dengan bertambahnya KPIC menjadi stakeholder yang turut mendukung pembangunan SDM industri dan mempererat hubungan Indonesia-Korea Selatan," tuturnya.

Sementara itu, Chief Executive Director KPIC Kim Hyun-jung menyatakan keyakinannya bahwa kerja sama ini akan secara signifikan meningkatkan daya saing sektor manufaktur di Indonesia, serta mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Dia juga menekankan pentingnya tahun 2023 yang merupakan peringatan 50 tahun hubungan diplomatik antara Korea Selatan dan Indonesia. Menurutnya, Indonesia menjadi negara target proyek global pertama KPIC dengan fokus pada pembinaan SDM dalam industri dasar di Indonesia.

Selanjutnya, juga menyasar penguatan pertukaran timbal balik untuk merumuskan beragam agenda kerja sama. Dia berharap, kolaborasi ini akan menghasilkan hasil yang positif dan produktif bagi industri utama kedua negara.

Kedua belah pihak menegaskan bahwa hubungan bilateral yang semakin erat antara Indonesia dan Korea Selatan telah memunculkan sinergi yang signifikan antara sektor-sektor industri kedua negara.

Terkait