EV Mulai Mengungguli Diesel di Eropa, Mobil Bensin Masih Tertinggi
JAKARTA - Perusahaan otomotif Eropa semakin mengukuhkan posisinya sebagai pembuat mobil yang berkomitmen dalam mengembangkan kendaraan listrik, terutama setelah menghadapi skandal "Diesel Gate" yang menimpa Volkswagen Group. Dalam menghadapi peristiwa tersebut, beberapa pabrikan otomotif mulai mengurangi produksi mobil bermesin diesel dan lebih fokus pada kendaraan listrik.
Data yang dirilis oleh European Automobile Manufacturers Association (ACEA) dilansir dari Motor1, Senin, 24 Juli, untuk bulan Juni menunjukkan penurunan penjualan mesin diesel di negara-negara Uni Eropa sebesar 13,4 persen, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 17,4 persen. Sebaliknya, penjualan mobil listrik meningkat. Penjualan Battery Electric Vehicle (BEV) meningkat menjadi 15,1 persen dari 10,7 persen pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Hybrid Electric Vehicle (HEV) juga mengalami peningkatan yang signifikan, menyumbang 24,3 persen dari total penjualan kendaraan. Sementara itu, penjualan Plug-In Hybrid (PHEV) mencapai 7,9 persen pada bulan Juni, meskipun mengalami sedikit penurunan dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 8,2 persen.
Meskipun kendaraan listrik mencatat peningkatan yang positif, mesin bensin masih menjadi pilihan terbanyak dengan pangsa 36,3 persen, meningkat sekitar 11 persen dari tahun sebelumnya. Namun, secara keseluruhan, penjualan mobil baru di Uni Eropa untuk enam bulan pertama tahun 2023 tumbuh sebesar 17,9 persen menjadi 5,4 juta kendaraan. Meskipun demikian, angka ini masih 21 persen lebih rendah dibandingkan paruh pertama tahun 2019 sebelum pandemi terjadi.
Kendala yang dihadapi oleh industri otomotif, terutama terkait dengan rantai pasokan yang bermasalah, menyebabkan beberapa pembeli harus menunggu lebih lama untuk mendapatkan model terbaru.
Baca juga:
Dengan regulasi Euro 7 yang akan diberlakukan mulai tahun 2025, pabrikan mobil di Eropa akan lebih didorong untuk mempercepat transisi ke kendaraan listrik. Ini berarti produksi mobil bermesin konvensional akan dikurangi.
Meskipun begitu, kemungkinan penjualan mobil bermesin konvensional akan tetap berjalan stabil setelah Uni Eropa menyetujui penjualan kendaraan jenis ini hingga tahun 2035, namun dengan bahan bakar sintetis atau e-fuels. Beberapa pabrikan seperti Mercedes-Benz dan Volkswagen telah kompak untuk tidak lagi menjual model bermesin konvensional setelah periode tersebut.