Selisih dengan Rekan Seprofesi, Guru TK Ini Tega Tabur Racun di Bubur Anak Didiknya dan Sebabkan Korban Tewas
JAKARTA - Seorang mantan guru taman kanak-kanak menjalani hukuman mati di Cina tengah minggu ini, setelah perbuatannya meracuni bubur anak didiknya sendiri menyebabkan satu orang tewas dan melukai 24 lainnya, laporan media pemerintah pada Hari Jumat.
Wang Yun (39 tahun) tidak berhasil mengajukan banding atas hukuman tersebut, yang awalnya dijatuhkan pada September 2020 oleh pengadilan menengah Kota Jiaozuo di Provinsi Henan.
Pada Hari Kamis, pengadilan yang sama memverifikasi identitas Wang, mengantarnya ke tempat eksekusi dan melaksanakan hukuman mati, demikian pernyataan pengadilan, menurut media pemerintah, seperti melansir Reuters 15 Juli.
Pada Maret 2019, Wang membeli sejumlah natrium nitrit setelah terlibat dalam perselisihan dengan sesama guru.
Keesokan paginya di taman kanak-kanak, ia menambahkan beberapa senyawa kimia itu ke dalam "bubur delapan harta karun" anak-anak, demikian bunyi keputusan pengadilan, menurut media pemerintah.
"Bubur delapan harta karun" adalah bubur berbahan dasar beras dengan rasa manis yang sangat populer di Negeri Tirai Bambu.
Akibat perbuatannya, salah satu anak meninggal karena kegagalan beberapa organ yang disebabkan oleh keracunan pada Januari 2020. Sementara, dua lusin lainnya menderita luka ringan, demikian laporan media pemerintah.
Kasus Wang adalah salah satu dari beberapa kasus kematian atau kekerasan yang terkenal pada taman kanak-kanak di Tiongkok dalam beberapa tahun terakhir.
Sebelumnya, seorang pria berusia 25 tahun dicurigai menyerang sebuah taman kanak-kanak di Provinsi Guangdong, China pada Hari Senin, menewaskan enam orang dan melukai satu orang, yang memicu keprihatinan tentang kekerasan terhadap anak-anak di sekolah.
Baca juga:
- Panglima Militer Sebut AS dan Sekutu Harus Mempercepat Pengiriman Senjata ke Taiwan
- Akui Perjuangan Anggotanya Tapi Sebut Grup Wagner Tidak Diakui Secara Hukum, Begini Penjelasan Presiden Putin
- Menlu Retno Minta AS Ikut Jaga Stabilitas dan Perdamaian Indo-Pasifik Serta Aksesi Traktat Bebas Nuklir ASEAN
- Tegaskan Indo-Pasifik Jangan Jadi Medan Perang di Hadapan AS, Rusia hingga China, Menlu Retno: EAS Harus Berkontribusi
Diketahui, China mengeksekusi ribuan orang setiap tahunnya, jauh lebih banyak daripada negara lain, menurut perkiraan LSM hak asasi manusia Amnesty International.
Kendati demikian, otoritas Negeri Tirai Bambu tidak mempublikasikan data tentang eksekusi.