Menlu Rusia dan Turki Gelar Pembicaraan Usai Presiden Zelensky Bawa Pulang Lima Komandan Ukraina

JAKARTA - Menteri Luar Negeri Rusia dan Turki menggelar pembicaraan, sehari usai Ankara membuat Moskow geram lantaran memulangkan lima komandan militer Ukraina.

Kementerian Luar Negeri Rusia dan Turki mengatakan, Sergei Lavrov dan Hakan Fidan membahas situasi di Ukraina, serta perjanjian ekspor biji-bijian Laut Hitam yang mencabut blokade de facto Rusia di pelabuhan Ukraina tahun lalu.

Moskow mengancam akan menghentikan kesepakatan ekspor biji-bijian ketika akan diperbarui pada 17 Juli, mengatakan permintaan untuk memfasilitasi penjualan biji-bijian dan pupuknya sendiri belum terpenuhi, seperti mengutip Reuters 10 Juli.

Lebih lanjut, kementerian Rusia mengatakan kedua belah pihak fokus pada perkembangan terakhir di sekitar Ukraina, termasuk pembebasan lima komandan unit Azov Ukraina yang mempertahankan Kota Mariupol.

Unit Azov memimpin pertahanan kota, bertahan di pabrik baja selama berminggu-minggu sampai mereka diperintahkan oleh Kyiv untuk menyerah.

Komandan Azov yang ditangkap, dianggap sebagai pahlawan di Ukraina dan difitnah di Rusia, dibebaskan dalam pertukaran tahanan pada Bulan September, dengan ketentuan yang mengharuskan mereka untuk tinggal di Turki sampai perang berakhir.

Sabtu lalu, Presiden Volodymyr Zelensky membawa mereka pulang, setelah berkunjung ke Turki. Itu membuat Moskow menuding Ankara melanggar perjanjian internasional mengenai para komandan Azov.

"Kami pulang dari Turki dan membawa pulang pahlawan kami," kata Presiden Zelensky, seperti mengutip The National News.

Dia juga mencatat nama-nama komandan yang dibebaskan, yang akan dipertemukan kembali dengan keluarga mereka.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan, para pejuang seharusnya tetap berada di Turki sampai akhir perang di bawah ketentuan pertukaran tahanan. Kremlin tidak diberitahu tentang pembebasan mereka, kata Peskov seperti dikutip oleh kantor berita RIA.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan kepada mitranya dari Turki Hakan Fidan, arah untuk melanjutkan pasokan senjata ke Kiev adalah destruktif, dalam percakapan melalui telepon.

"Perhatian Ankara tertuju pada destruktifnya arah untuk melanjutkan pasokan senjata ke rezim Kyiv. Ditekankan bahwa langkah-langkah seperti itu hanya akan menimbulkan konsekuensi negatif," kata Kementerian Luar Negeri Rusia seperti dikutip dari TASS.

"Kedua belah pihak bertukar pandangan mengenai agenda regional dengan fokus pada perkembangan terbaru di sekitar Ukraina, termasuk situasi dengan kembalinya para komandan Azov dari Istanbul ke Kyiv," kata kementerian tersebut.

Menurut kementerian, Lavrov dan Fidan menegaskan kembali pentingnya memperkuat kepercayaan dalam hubungan antara negara mereka.

"Kedua menteri menegaskan kembali perlunya melestarikan dan memperkuat sifat hubungan berbasis kepercayaan antara Moskow dan Ankara, berdasarkan kesepakatan prinsip antara Presiden Vladimir Putin dan Recep Tayyip Erdogan," jelas kementerian.

"Kedua belah pihak juga membahas prospek kerja sama lebih lanjut tentang isu-isu yang berkaitan dengan memastikan ketahanan pangan global, dalam kondisi ketidakmampuan negara-negara Barat untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk implementasi 'paket inisiatif' Sekretaris Jenderal PBB," lanjut kementerian itu.