Biar Gak Berkepanjangan, Kenali 3 Asal-Usul Overthinking
YOGYAKARTA – Berpikir berlebihan atau dikenal dengan sebutan overthinking, tanpa disadari dapat mengganggu stabilitas hidup. Ini karena Anda bisa mengabiskan waktu berjam-jam sibuk dalam kepala tanpa bisa melakukan apa-apa. Anda bisa mengatasinya, paling mendasar, kenali dulu dari mana trigger, kemudian bisa mengatur strategi untuk mencegah overthinking. Berikut, psikoterapis dan penulis Erin Leonard, Ph.D. membagi identifikasinya tentang asal-usul overthinking.
1. Dinamika interpersonal
Kalau Anda sangat memperhatikan bagaimana tindakan dan kata-kata berdampak pada orang terdekat, mungkin akan membuat Anda sering menganalisis hingga mengkritisi diri sendiri. Ini bukan hal buruk, tetapi kalau keliru menempatkan, bisa membuat Anda buang-buang waktu panjang untuk memikirkannya berlebihan.
Apalagi jika dihadapkan dengan orang yang egois atau tak memiliki kecerdasan emosional seperti Anda. Dalam kondisi ini, Anda dihadapkan pada realitas yang berbenturan dengan diri Anda sendiri. Maka saran Leonard, cobalah luangkan waktu untuk mengevaluasi keamanan emosional dan menetapkan batasan yang sehat.
2. Masalah rasa diri
Perubahan membuat seseorang lebih jarang memikirkan tentang diri sendiri. Baik itu aspek-aspek kecil hingga identitas diri. Misalnya, Anda mendapatkan jabatan baru atau pindah kerja. Fase ini mungkin singkat, tetapi membuat Anda lebih banyak berpikir daripada sebelumnya. Seperti bagaimana beradaptasi dengan situasi baru hingga bisa diterima oleh tim Anda.
Meskipun Anda mungkin dipenuhi keraguan dan menganalisis semua yang Anda lakukan, itu mungkin hanya sementara. Karena akan kembali stabil apabila secara aktif berkonsolidasi dan menemukan cara mengisi kekosongan setelah meninggalkan fase sebelumnya.
3. Kekhawatiran yang aneh
Sering pada malam hari, ketika gangguan lebih sedikit, mungkin Anda diliputi kekhawatiran yang aneh. Pikiran-pikiran ini terkadang terasa kelam, misalnya tiba-tiba khawatir mengalami kecelakaan mobil saat tugas esok, atau membayangkan hal lain yang gelap dan meresahkan.
Baca juga:
Menurut Leonard, pikiran ini mungkin berasal dari trauma masa lalu. Meski mungkin telah memproses trauma ini dan sebagian besar pulih, otak tetap bekerja memprediksi hal-hal yang menyebabkan hancur. Ketika mengalami ini, Leonard menyarankan untuk segera memutar rute pikiran. Alihkan ke hal-hal yang menyenangkan, seperti berhasil merombak dapur, atau berhasil mendapatkan barang yang Anda inginkan. Tidak apa-apa untuk menghilangkan pikiran gelap dengan yang menarik dan menyenangkan, kata Leonard dilansir Psychology Today, Minggu, 2 Juli.
Berpikir berlebihan perlu dikenali asal-usulnya, ini bisa membantu Anda mengenal diri sendiri dengan lebih baik.