Intelijen Ukraina Sebut Rusia Berencana Melakukan Serangan Teroris di PLTN Zaporizhzhia

JAKARTA - Presiden Volodymyr Zelensky mengatakan, intelijen Ukraina telah menerima informasi terkait rencana Rusia untuk melakukan serangan terhadap PLTN Zaporizhzhia yang melibatkan pelepasan radiasi.

Berbicara setelah pertemuan para kepala keamanan dan diplomat, Presiden Zelensky menyerukan untuk menekan Rusia agar mengakhiri pendudukannya atas PLTN tersebut, yang diduduki beberapa hari setelah invasi pada Februari 2022 lalu.

Dalam pesan video di Telegram, Presiden Zelensky mengatakan telah berbagi informasi itu dengan semua mitra internasionalnya seperti Amerika Serikat, Eropa, China hingga India.

"Intelijen telah menerima informasi, Rusia sedang mempertimbangkan skenario aksi teroris di pembangkit nuklir Zaporizhzhia, aksi teroris dengan melepaskan radiasi," ujar Presiden Zelensky, seperti mengutip Reuters 23 Juni.

"Mereka telah mempersiapkan segalanya untuk ini," tambah Presiden Zelensky.

Kendati demikian, Presiden Zelensky tidak mengatakan bukti apa yang mendasari pernyataan badan intelijen tersebut.

Diketahui, masing-masing pihak menuduh pihak lain telah menembaki PLTN terbesar di Eropa dengan enam reaktor tersebut. Upaya internasional untuk membangun zona demiliterisasi di sekitarnya sejauh ini gagal.

"Sayangnya, saya harus mengingatkan (orang-orang) lebih dari sekali, bahwa radiasi tidak mengenal batas negara. Dan siapa yang akan terkena radiasi hanya ditentukan oleh arah angin," urai Presiden Zelensky memperingatkan.

"Kami membutuhkan pengosongan total pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia," ujarnya.

"Dan siapa pun yang menutup mata terhadap pendudukan Rusia atas fasilitas semacam itu, terhadap pemasangan ranjau Rusia di wilayah pembangkit listrik tersebut, sebenarnya tidak hanya berkontribusi pada kejahatan Rusia tetapi juga teror secara umum," tandas Presiden Zelensky.

Badan-badan intelijen dunia, kata Presiden Zelensky, memiliki sarana untuk "mengirim sinyal yang tepat dan memberikan tekanan. Dan inilah yang dibutuhkan."

Terkait ini, Kremlin menepis tuduhan Presiden Zelensky tentang serangan terhadap PLTN tersebut sebagai "kebohongan", mengatakan tim inspektur nuklir PBB telah mengunjungi PLTN tersebut dan menilai semuanya dengan baik.

Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Rafael Grossi, menghabiskan waktu di PLTN tersebut minggu lalu.

Diketahui, Ukraina, yang ketika itu masih menjadi bagian dari Uni Soviet, mengalami kecelakaan nuklir terburuk di dunia pada tahun 1986, setelah terjadi ledakan dan kebakaran di PLTN Chornobyl, menyebabkan awan radioaktif menyebar ke sebagian besar wilayah Eropa.