Menteri PUPR Dampingi Kaisar Jepang Tinjau Sabo Dam Yogyakarta
YOGYAKARTA - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mendampingi Kaisar Jepang Hironomiya Naruhito meninjau Balai Teknik Sabo Dam, Maguwoharjo, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sabo Dam merupakan bangunan hasil kerja sama Indonesia dengan Jepang sejak 1958, sebagai penahan, perlambatan dan penanggulangan aliran lahar Merapi di alur sungai.
"Tadi Kaisar Jepang terkejut karena bangunan ini sejak 1958 masih dipakai, dan masih berfungsi," ujar Basuki Hadimuljono seusai mendampingi Naruhito dilansir ANTARA, Rabu, 21 Juni.
Menteri Basuki mengatakan, keberadaan Sabo merupakan salah satu alasan utama kunjungan Naruhito ke DIY sebab kaisar itu memang dikenal memiliki ketertarikan pada sumber daya air.
Sang Kaisar, kata Basuki, tidak pernah absen pada kegiatan-kegiatan internasional mengenai sumber daya air dan pengelolaannya.
"Kaisar Naruhito ini minat pribadinya sebenarnya di water resources. Saya ketemu beliau di High-Level Experts and Leaders Panel on Water Disaster (HELP) dan World Water Forum di Meksiko sehingga waktu beliau mau berkunjung ke Indonesia, ingin melihat sabo," kata dia.
Menurut dia, kerja sama Sabo Dam itu tidak hanya dengan Indonesia tetapi dengan negara-negara selatan seperti India, Pakistan, Bangladesh, Filipina, Thailand, Papua Nugini, dan Malaysia.
Menurut dia, ada kesamaan antara Jepang dengan Indonesia yang sama-sama memiliki banyak gunung berapi. Jepang memiliki 111 gunung api, sedangkan Indonesia mempunyai 129 gunung api.
Baca juga:
Karena itu, kerja sama antara Jepang dan Indonesia terkait sabo ini perlu dilanjutkan.
"Gunung Merapi sendiri butuh 367 sabo dan sekarang baru ada 227. Masih butuh 90 lagi untuk kapasitas 11 juta kubik pasir,” kata Menteri Basuki.
Sabo yang berarti pasir, kata Menteri Basuki, bukan hanya menampung air, tetapi juga pasir.
Menurut dia, pasir ditahan dalam sabo bisa ditambang tetapi ada aturan yang harus dipatuhi. "Sedang kita rumuskan lagi kerja sama selanjutnya," kata dia.