UE Tegaskan Perusahaan Teknologi Harus Memberi Label Konten AI Generatif yang Berpotensi Disinformasi
JAKARTA- Perusahaan-perusahaan yang menggunakan alat generative AI seperti ChatGPT dan Bard yang berpotensi menghasilkan disinformasi seharusnya memberi label pada konten tersebut sebagai bagian dari upaya mereka untuk melawan berita palsu. Hal ini dikatakan oleh Wakil Kepala Komisi Eropa, Vera Jourova, pada Senin, 5 Juni.
Diperkenalkan akhir tahun lalu, ChatGPT yang didukung oleh Microsoft telah menjadi aplikasi konsumen dengan pertumbuhan tercepat dalam sejarah dan memicu persaingan di antara perusahaan teknologi untuk menghadirkan produk AI generative ke pasar.
Namun, kekhawatiran semakin meningkat mengenai penyalahgunaan teknologi ini dan kemungkinan pelaku jahat bahkan pemerintah dapat menggunakannya untuk menghasilkan disinformasi yang jauh lebih banyak dari sebelumnya.
"Para pihak yang mengintegrasikan generative AI ke dalam layanan mereka seperti Bingchat untuk Microsoft, Bard untuk Google seharusnya membangun perlindungan yang diperlukan agar layanan ini tidak dapat digunakan oleh pelaku jahat untuk menghasilkan disinformasi," kata Jourova dalam konferensi pers.
Baca juga:
- Nintendo Rilis Pengontrol Joy-Cons Berwarna Pastel, Cantik Banget!
- Ini Dia Tujuh Nomor Gim Esports yang Akan Bertanding di Asian Games Hangzhou
- Jika Changpeng Zhao Mengundurkan Diri, Richard Teng Jadi Kandidat Kuat untuk Jabat CEO Binance
- YouTube Works Awards Kembali Hadir dengan 11 Kategori Penghargaan, Daftar Sekarang!
"Para pihak yang memiliki layanan dengan potensi menyebarkan disinformasi yang dihasilkan oleh AI seharusnya menyediakan teknologi untuk mengenali konten semacam ini dan memberi label dengan jelas kepada pengguna," katanya, dikutip Reuters.
Menurut Jourova, perusahaan-perusahaan seperti Google, Microsoft, dan Meta Platforms yang telah mendaftar ke Kode Praktik UE untuk mengatasi disinformasi diharapkan melaporkan tindakan perlindungan yang diambil untuk mengatasi hal ini pada bulan Juli, .
Dia juga memperingatkan Twitter, yang keluar dari Kode tersebut pekan lalu, untuk siap menghadapi lebih banyak pengawasan regulasi.
"Dengan keluar dari Kode, Twitter telah menarik banyak perhatian, dan tindakan dan kepatuhannya terhadap hukum UE akan diperiksa secara ketat dan mendesak," ujar Jourova.