Amerika Batal Default, Negosiasi Utang Temui Titik Terang

JAKARTA – Pemerintah Amerika Serikat (AS) melalui Presiden Joe Biden mengungkapkan bahwa dirinya telah mencapai kesepakatan dengan ketua DPR AS Kevin McCarthy perihal negosiasi utang negara.

Menurut dia, DPR setuju untuk melakukan pembukaan debt ceiling (pagu utang) untuk menghindari risiko gagal bayar atau default.

“Kami sepakat untuk menangguhkan plafon utang 31,4 miliar dolar AS hingga 1 Maret 2025,” ujar Presiden Biden dikutip dari Antara pada Senin, 29 Mei.

Sebelum itu, Menteri Keuangan AS Janet Yellen menyatakan bahwa pemerintah memperpanjang batas waktu gagal bayar utang Amerika dari sebelumnya pada 1 Juni 2023 menjadi 5 Juni 2023.

Hal itu dimaksudkan untuk memberikan lebih banyak waktu kepada Gedung Putih dan Kongres untuk bisa membuka debt ceiling saat ini.

“Berdasarkan data terbaru yang tersedia, kami kini memperkirakan bahwa perbendaharaan negara (Treasury) tidak akan memiliki sumber daya yang cukup untuk memenuhi kewajiban pemerintah jika Kongres tidak menaikkan atau menangguhkan batas utang paling lambat 5 Juni," kata Yellen.

Adapun, di Indonesia sendiri Menteri Keuangan Sri Mulyani menegaskan bahwa situasi yang terjadi di negara adidaya itu lebih kepada dinamika politik yang sedang berlangsung. Malahan, dia berkeyakinan AS mampu memenuhi kewajiban tersebut.

“Itu dinamika politik sebenarnya. Amerika bisa bayar utangnya kalau debt ceiling -nya (pagu utang) dibuka. Tetapi untuk membuka debt ceiling itu perlu proses politik,” tuturnya.

Menkeu memastikan jika kondisi perekonomian AS itu tidak sampai memberikan ekses negatif bagi kegiatan produktif di Tanah Air.

“Sampai sekarang kalau kita lihat tidak ada pengaruh terhadap perekonomian Indonesia, terutama pasar yang belum memberikan sinyal,” tegas dia.

Senada, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan optimisme yang sama. Bahkan, Bos BI menilai RI mendapat keuntungan tersendiri dari ketidakpastian pasar keuangan global yang tetap tinggi.

“Di tengah ketidakpastian pasar keuangan global tersebut, aliran masuk modal asing ke negara berkembang berlanjut seiring dengan kondisi dan prospek perekonomiannya yang lebih baik,” ucapnya.

Indikasi itu tercermin dari investasi portofolio yang hingga 23 Mei 2023 mencatat net inflows sebesar 1,0 miliar dolar AS.

“Bank Indonesia terus memperkuat sinergi dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) dalam memitigasi berbagai risiko ekonomi domestik dan global, yang dapat mengganggu ketahanan sistem keuangan,” terang dia.