Sekutu Presiden Putin Sebut Perang Ukraina Bisa Berlangsung Selama Beberapa Dekade

JAKARTA - Sekutu utama Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, perang di Ukraina dapat berlangsung selama beberapa dekade, dengan periode pertempuran yang panjang diselingi oleh gencatan senjata, lapor kantor berita Rusia.

Kantor berita tersebut mengatakan, mantan Presiden Dmitry Medvedev, wakil ketua Dewan Keamanan Rusia, berbicara dalam sebuah kunjungan ke Vietnam. Medvedev diketahui sering memberikan komentar-komentar garis keras, dengan bulan lalu menggambarkan pihak berwenang Ukraina sebagai sebuah infeksi.

"Konflik ini akan berlangsung sangat lama, kemungkinan besar puluhan tahun," RIA mengutip pernyataan Medvedev, seperti melansir Reuters 26 Mei.

"Selama ada kekuatan seperti itu, akan ada, katakanlah, tiga tahun gencatan senjata, dua tahun konflik, dan semuanya akan terulang," lanjutnya, mengulangi klaim Moskow bahwa Ukraina adalah negara Nazi.

Sebelumnya, Medvedev pada Bulan Januari mengatakan, jika Rusia dikalahkan, hal itu dapat memicu perang nuklir.

Diberitakan sebelumnya, Rusia mampu melanjutkan operasi militernya di Ukraina untuk waktu yang lama, kata Kepala Badan Intelijen Federal Jerman (BND) Bruno Kahl.

"Rusia, seperti sebelumnya, tetap mampu memimpin... (operasi militer khususnya) untuk waktu yang lama," kantor berita DPA mengutip pernyataan kepala intelijen tersebut, seperti dilansir dari TASS.

Lebih lanjut, Kahl juga mengatakan badan intelijen tidak melihat konflik di Ukraina tersebut telah mengguncang otoritas negara Rusia.

Dalam kesempatan yang sama, Kahl tidak melihat adanya pelemahan Pemerintahan Presiden Rusia Vladimir Putin, terkait dengan berlarutnya perang di Ukraina.

"Kami tidak melihat adanya celah dalam sistem (Presiden, red) Putin," sebut Kahl, seperti mengutip DW.

Kahl berpendapat, kritik publik terhadap manajemen perang merupakan perselisihan rutin dalam masyarakat Rusia dan tidak menimbulkan ancaman bagi Pemerintahan Presiden Putin.

"Rusia masih mampu melancarkan perang jarak jauh," katanya, sambil menunjuk pada tentara yang baru direkrut.

Kahl menambahkan, Rusia juga memiliki peralatan dan amunisi yang cukup. Kendati, ia menilai Rusia juga memiliki beberapa kerentanan, termasuk kinerja angkatan bersenjata.