Hasto Bakal Tulis Buku Geopolitik Soekarno untuk Anak Muda
JAKARTA - Sekjen PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto buku berjudul 'Progressive Geopolitical Coexistantance' yang berisi pemikiran geopolitik Bung Karno akan dibuat secara berbeda.
Hasto bakal menyasar pembaca anak muda sehingga mereka bisa tertarik membaca dan mempelajari.
"Kami akan membuat buku geopolitik Soekarno dengan versi yang populer yang bisa menjangkau seluruh masyarakat, khususnya anak muda sehingga mereka bisa membangun fighting spirit kepemimpinan Indonesia di dunia dalam teori Geopolitik Soekarno," kata Hasto kepada wartawan di gedung Lemhanas, Jakarta Pusat, Sabtu, 20 Mei.
Dalam buku itu, nantinya Hasto ingin menggambarkan situasi dunia di masa lalu dan saat ini.
"Misalnya, pertarungan rantai pasok itu sudah dipikirkan Bung Karno dari tahun 1958 dengan merancang koridor strategis," tegasnya.
Sementara itu, Guru Besar Universitas Pertahanan (Unhan) RI Purno Yusgiantoro menyebut buku yang ditulis Hasto bisa jadi refrensi dalam banyak hal.
Apalagi dalam penyusunannya ada dua perspektif ajaran Bung Karno yang diambil Hasto, yaitu eksternal atau dalam tata pergaulan internasional dan internal yang berkaitan dengan falsafah bangsa.
Baca juga:
- PKS Targetkan 15 Persen Suara Nasional di Pemilu 2024, Tegaskan Usung Persatuan Bukan Kebencian
- Dianiaya Dokter Sampai Rambut Rontok Dijambak, Tiara Geerby Pelayan Karen’s Diner Bali Sepakat Damai
- Jadi Buronan Polisi, Dito Mahendra Kehabisan Uang hingga Sempat Pulang ke Brawijaya Minta Makan
- Megawati Ungkap Banyak Jenderal Berniat Masuk PDIP
Dalam penulisannya, Purno menyebut Hasto menggunakan penelitian berbasis pendekatan kualitatif dan kuantitatif. "Ditemukan variabel dan indikator yang terkait dengan aspek kehidupan nasional," tegasnya.
"Dan itulah yang sekarang ini disebut dengan geostrategi Indonesia, yang tidak lain adalah ketahanan nasional. Itu yang diajarkan di Lemhannas," sambung Purno.
Sehingga, dia berharap geopolitik Bung Karno yang ditulis Hasto bisa diterapkan.
"Cara pandang kita untuk melihat diri kita sendiri dan melihat lingkungan kita dalam tata pergaulan internasional yaitu coexistence. Itulah wawasan nusantara dan geopolitik Indonesia yang diajarkan di Lemhannas," pungkas Purno.