Empat Misi Eksplorasi NASA untuk Mengungkap Rahasia Tata Surya
JAKARTA - Setelah sekian lama, Badan Antariksa NASA akhirnya kembali melanjutkan misi luar angkasa dengan menandai empat studi konsep untuk misi robot potensial ke Venus, bulan Jupiter Io, dan bulan Neptunus Triton.
NASA, memiliki sejumlah proyek yang akan dilaksanakan pada pertengahan 2020. Beberapa di antaranya akan memulai eksplorasi planet-planet di tata surya dan bulan yang ada di Jupiter dan Neptunus. Proyek eksplorasi NASA ini akan berlangsung hingga 2029 mendatang.
Rencananya, NASA akan mengeksplorasi Venus yakni planet kembaran Bumi dengan atmosfer karbon dioksida yang padat, awan asam sulfat dan suhu permukaan yang sangat panas hingga 880 derajat Fahrenheit atau setara 471 derajat Celcius.
Sejatinya sejak 1989, NASA belum pernah lagi meluncurkan misi ke Venus. Ketika mapper radar Magellan berangkat dari Bumi untuk mengintip di bawah aaan tebal Venus dan memetakan secara lanskap vulkanik planet tersebut untuk pertama kalinya.
Selanjutnya, misi lain yang disetujui untuk studi lebih lanjut adalah Io Volcano Observer atau IVO yakni sebuah pesawat ruang angkasa yang akan mengorbit di Jupiter dan melintas di dekat bulan Io, vulkanik paling aktif di tata surya.
Sedangkan untuk misi bulan Neptunus Tirton, nasa menggunakan Trident yakni sebuah alat pengintai yang dapat terbang di luar angkasa untuk studi konsep yang lebih rinci. Trident akan menindaklanjuti pengamatan yang dilakukan oleh misi Voyager 2 NASA pada 1989 yang mengungkapkan ukuran Tirton hampir sebesar Bumi. Bulan itu menampung gumpalan mirip geyser yang meletus dari permukaan esnya.
"Misi terpilih ini memiliki potensi untuk mengubah pemahaman kita tentang beberapa dunia tata surya yang paling aktif dan komplek. Menjelajah salah satu dari benda langit ini yang akan membantu membuka rahasia tentang hal itu," kata Thomas Zurbuchen selaku Associate Administrator dari Direktorat Misi NASA.
Nantinya, masing-masing tim misi tersebut akan menerima kucuran dana sekira 3 juta dolar Amerika Serikat (AS), untuk melakukan studi selama sembilan bulan. Pejabat NASA juga akan terus meninjau laporan dan memilih dua dari empat konsep untuk pemgembangan masa depan.
Sebenarnya misi ini terbatas oleh biaya. Pasalnya, proposal yang telah diajukan oleh NASA pada tahun lalu ini memiliki batas biaya hanya 500 juta dolar AS, tidak termasuk biaya peluncuran dan kontribusi internasional.
Untuk lebih jelasnya, berikut empat misi NASA yang telah dirangkum VOI:
1. DAVINCI + (Investigasi Venus untuk Atmosfer, Kimia, dan Imaging Plus).
Dijelaskan, konsep misi DAVINCI +, VERITAS dan Io Volcano Observer ini didasarkan proposal yang diajukan ke NASA selama putaran seleksi Discovery sebelumnya. Sedangkan Trident merupakan konsep baru yang dimungkinkan oleh keputusan NASA untuk memungkinkan para ilmuwan mengusulkan penggunaan pembangkit listrik plutonium pada penyelidikan kelas Discovery. Misi tersebut bertujuan untuk pertama kalinya menjajaki wilayah tata surya luar.
Pusat Penerbangan Luar Angkasa Goddard NASA akan mengelola misi, dan Lockheed Martin akan mengawasi perakitan pesawat ruang angkasa DAVINCI +.
"DAVINCI + adalah sebuah misi tentang lab kimia dan pengorbit untuk menempatkan venus ke dalam konteks yang sesuai di tata surya kita, sehingga kita dapat membandingkan Venus, Bumi, dan Mars. Dan apa yang akan dilakukan DAVINCI + secara ilmiah adalah mengukur komposisi kimiawi dari seluruh atmosfer dari atas ke bawah, sambil mencitrakan permukaan di tempat-tempat di mana ada pegunungan terjal yang merupakan salah satu teka-teki di tata surya kita," kata Jim Garvin selaku Chief Scientist NASA.
2. Io Volcano Observer (IVO).
Misi Io Volcano Observer akan diluncurkan ke arah Jupiter, menggunakan gravitasi membantu flybys dengan Bumi dan Mars untuk mencapai planet terbesar tata surya, menurut Alfred McEwen, peneliti utama pada misi IVO dari University of Arizona.
"IVO, jika maju, akan diluncurkan akhir dekade ini, tiba di Jupiter empat atau lima tahun kemudian, mengorbit Jupiter, (dan) akan membuat 10 flybys dekat dari bulan Io yang sangat aktif," ujar McEwen.
Io mungkin memiliki lautan magma (di bagian dalamnya). Hal ini sangat penting, karena lautan magma adalah kunci untuk pengembangan awal semua planet bagian dalam, termasuk bumi dan bulan, serta exoplanet. Jadi mereka menyadari dengan mempelajari samudera magma saat ini akan menjadi kemajuan besar untuk makhluk hidup.
Dengan lebih dari 400 gunung berapi yang dapat memuntahkan gumpalan gas setinggi 300 mil (500 kilometer) di atas permukaannya, Io adalah benda paling aktif vulkanik di tata surya. Tarik kuat gravitasi dari Yupiter terdekat mencairkan bagian dalam Io melalui kekuatan pasang surut, menarik materi dari satu sisi bulan ke sisi lain yang serupa dengan efek pasang surut di lautan bumi.
Baca juga:
3. Trident
Begitupun dengan misi Trident ke bulan Neptunus Triton yang akan disponsori oleh sumber daya plutonium dan lintasan yang cepat untuk meningkatkan pesawat ruang angkasa dari Bumi ke targetnya yang jauh dalam 12 tahun. Sebelumnya, ini juga pernah dilakukan dalam misi flyby yang melakukan pendekatannya dengan penyelidikan New Horizons, yang ditemui Pluto pada 2015.
Dengan asumsi peluncuran pada 2026, penyelidikan Trident dapat mencapai Triton pada 2038 untuk terbang satu-shot dan dapat membangun survei awal oleh misi Voyager 2 NASA pada 1989.
"Kami mengusulkan misi berani ke bulan Triton Neptunus. Kami ingin mengeksplorasi bagaimana dunia es berevolusi dan proses apa yang aktif di dunia saat ini," papar Louise Prockter, peneliti utama untuk Trident dari Lunar and Planetary Institute dan University Space Research Association di Houston.
4. VERITAS (Emisivitas Venus, Ilmu Radio, InSAR, Topografi dan Spektroskopi).
Terakhir, konsep misi Venus dijuluki VERITAS, akan membawa instrumen radar aperture sintetis pada pesawat ruang angkasa yang mengorbit untuk mensurvei permukaan planet di hampir seluruh planet.
“Kami sedang merancang misi untuk menjelajahi dunia yang hilang dan dapat dihuni. Venus adalah kembaran Bumi. Dimulai dengan ukuran yang sama, komposisi yang sama, tetapi berkembang menjadi tempat yang sangat tidak ramah. Kami ingin memahami bagaimana kedua planet berbatu ini menempuh jalur yang berbeda," jelas Suzanne Smrekar, seorang ilmuwan peneliti di Jet Propulsion Laboratory NASA di California yang merupakan peneliti utama pada proposal VERITAS.