Erick Thohir Laporan ke DPR: Realisasi Anggaran Kementerian BUMN Capai 97,65 Persen di 2020

JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan realisasi anggaran pada tahun 2020 mencapai Rp260,13 miliar atau setara dengan 97,65 persen dari pagu kementerian sebesar Rp266,39 miliar.

"Kami laporkan penyerapan anggaran Kementerian BUMN 2020, alhamdulillah terserap 97,65 persen. Kami sudah bisa melaksanakan Rp260,13 miliar," tuturnya, dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR, Rabu, 20 Januari.

Adapun serapan anggaran itu terjadi di tiga sektor. Pertama, belanja pegawai yang terserap 94,2 persen, belanja modal 99,57 persen, dan belanja barang 94,92 persen.

Sementara itu, untuk Daftar Isian Pelaksana Anggaran (DIPA) Kementerian BUMN pada 2021 mencapai Rp228,59 miliar. Angka ini lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, karena adanya penyesuaian dengan kondisi kas negara akibat pandemi COVID-19.

Dalam proses sinkronisasi antara Kementerian BUMN dan Kementerian Keuangan, dana yang diajukan Erick sebesar Rp244,82 miliar. Meski begitu, perkiraannya akan difinalisasi sebesar di Rp228,59 miliar.

"Kami sudah coba mensinkronisasi dengan Kementerian Keuangan bahwa untuk anggaran tahun ini, memang kami diminta dari anggaran tahun kemarin dari Rp266 miliar itu kurang lebih ajuan kami Rp244,82 miliar. Tapi sepertinya kisaran angka (yang diterima) Rp228,59 miliar," katanya.

Erick berujar, dalam DIPA Kementerian BUMN 2021, porsi belanja yang ditetapkan di antaranya belanja modal Rp19,5 miliar, belanja barang 63,8 persen, belanja pegawai 27,6 persen, dan belanja modal 8,6 persen.

"Kalau dilihat pecahan anggaran kita bisa lihat belanja barang 63,8 persen, belanja pegawai 27,6 persen, belanja modal jadinya 8,6 persen," ucapnya.

Menurut Erick, alokasi dana tersebut juga digunakan untuk membiayai empat program besar kementerian. Seperti peningkatan pembinaan dan pengawasan perseroan pelat merah. 

"Salah satunya yang saya garis bawahi adalah peningkatan akuntabilitas kinerja organisasi karena kita tahu, kita terus dituntut dengan keadaan COVID-19 ini, banyak sekali percepatan yang harus terjadi, tidak hanya di segi digital tapi juga market, berubah total, karena itu bagaimana kita tingkatkan akuntabilitas," tuturnya.

Kedua, lanjut mantan CEO Inter Milan ini, mewujudkan kemandirian dan korporatisasi BUMN yang berdaya saing. Ketiga, manajemen risiko. Keempat, yakni peningkatan profitabilitas.

"Salah satu yang menjadi tantangan mungkin dividen. Hari ini kita beranikan diri kalau tahun ini bisa 50 persen, tahun depan bisa 75 persen," ucapnya.