Perkembangan Penyampaian Gombalan Hari Valentine, Tulis Puisi hingga Kartu Ucapan
JAKARTA - Februari identik dengan bulan penuh cinta. Tidak harus menunggu hingga tanggal 14, ketika Februari baru saja dimulai, pusat-pusat perbelanjaan sudah mendekor suasana dengan nuansa serba merah muda. Banyak tempat-tempat makan dan perbelanjaan memberikan diskon menyambut Hari Valentine. Seistimewa itu Hari Valentine.
Hari Valentine dirayakan secara populer di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Meskipun perayaan Hari Valentine di Indonesia kerap ditentang karena dianggap sebagai budaya barat dan di luar koridor agama, namun tidak menghilangkan sukacita merayakan hari kesayangan tersebut. Tukar kado dan berkirim coklat tak hanya dilakukan kepada pasangan namun juga kepada teman dan kolega.
Valentine dirasa kurang tanpa ungkapan-ungkapan sayang. Namun sepertinya di era teknologi seperti sekarang bisa terlihat sedikit receh karena hanya sekadar mengirim pesan via media sosial atau aplikasi pesan, bahkan dianggap gombal.
Berbeda halnya dengan ucapan romantis untuk merayakan Hari Valentine pada Abad Pertengahan di Inggris, meskipun belum ada perayaan Valentine sesungguhnya hingga 1400-an. Ucapan romantis untuk merayakan Valentine yang tertua diketahui masih ada sampai sekarang adalah puisi yang ditulis pada 1415 oleh Charles yang bergelar Duke of Orleans.
Charles menulis surat cinta untuk istrinya saat Charles dipenjara di Menara London setelah ia ditangkap di Pertempuran Agincourt. Beberapa tahun kemudian, diyakini bahwa Raja Henry V menyewa seorang penulis bernama John Lydgate untuk menulis surat perayaan Hari Valentine yang ditujukan kepada Catherine dari Valois.
Beberapa tahun kemudian, cara menyampaikan kata-kata romantis saat Valentine di Inggris mulai berkembang. Tak hanya untuk kekasih, berkembang juga ucapan Valentine diberikan untuk teman dari berbagai kelas sosial untuk bertukar tanda kasih sayang atau catatan tulisan tangan. Hingga akhirnya pada 1900, kartu ucapan mulai menggeser kepopuleran surat tulisan tangan biasa.
Baca juga:
Kartu cetakan dengan sebuah pesan adalah cara mudah bagi orang untuk mengekspresikan perasaan mereka, baik yang dekat maupun yang sedang berjauhan. Biaya ongkos kirim yang murah juga berkontribusi pada peningkatan popularitas pengiriman kartu ucapan Hari Valentine pada saat itu.
Dilansir dari History, sebenarnya Amerika lebih awal mengenal bertukar kartu ucapan Valentine buatan tangan. Mereka melakukannya pada awal 1700-an. Lalu pada 1840-an, Esther A. Howland mulai menjual kartu ucapan valentine yang diproduksi secara massal pertama di Amerika.
Howland, yang dikenal sebagai Bunda Valentine, membuat kreasi yang rumit dengan renda asli, pita, dan gambar berwarna yang dikenal sebagai memo. Hari Valentine juga disebut-sebut sebagai hari pengiriman kartu terbesar kedua melebihi pengiriman kartu ucapan Natal di negara tersebut.
Namun tidak semua negara memiliki tradisi merayakan Hari Valentine. Arab Saudi, pada 2020 untuk pertama kalinya membolehkan perayaan Hari Valentine secara legal. Jika biasanya pemilik toko-toko di Arab Saudi diwajibkan untuk menyembunyikan mawar merah dan cokelat menjelang Hari Valentine, kini larangan tersebut telah dibubarkan. Sekarang, pemilik restoran di Arab Saudi juga diperkenankan memberi nuansa Valentine tanpa khawatir mendapat teguran dari polisi syariah.
Dikutip dari Middle East Monitor, titik balik utama dalam keputusan tersebut datang pada 2018, ketika mantan Presiden Komisi Makkah untuk Promosi Kebajikan dan Pencegahan Kejahatan (CPVPV) Syekh Ahmed Qasim Al-Ghamdi menyatakan bahwa perayaan Hari Valentine sebenarnya tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Menurutnya, perayaan cinta adalah fenomena universal dan tidak terbatas pada dunia non-Muslim.