2.301 Tenaga Kesehatan di Surabaya Sudah Divaksinasi COVID-19

SURABAYA - Ribuan tenaga kesehatan (nakes) Surabaya telah disuntik vaksin COVID-19 pada gelombang pertama. Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya, total nakes yang telah menerima vaksinasi sebanyak 2.301 orang.

Kepala Dinkes Kota Surabaya, Febria Rachmanita mengatakan, dari angka 2.301 orang penerima vaksin itu merupakan nakes yang lolos tahap skrining dan sudah divaksinasi. Ribuan nakes yang telah menerima vaksinasi itu bekerja di 109 Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes) yang tersebar se-Surabaya.

"Ini masih terus bertambah setiap harinya. Karena pelaksanaannya secara bertahap. Terdiri dari puskesmas dan RS (rumah sakit). Namun ada pula nakes yang belum lolos skrining," kata Febria Rachmanita di Surabaya, Rabu, 20 Januari.

Feny, sapaan akrabnya, mengatakan untuk saat ini ada sekitar 203 tenaga kesehatan yang tidak lolos tahap skrining. Pasalnya, sebagian dari mereka memiliki komorbid seperti hipertensi, gastritis serta kelainan darah dan beberapa faktor lainnya. Bahkan, ada beberapa nakes yang tengah menyusui maupun hamil.

"Jumlahnya untuk hipertensi ada sekitar 23 orang. Lalu nakes menyusui ada 10 orang, kemudian gastritis ada lima, serta ada pula yang penyitas dan komorbid lain mengharuskan untuk tidak dilakukan vaksin," paparnya.

Namun, kata Feny, hingga hari ini para nakes masih melakukan vaksinasi secara bertahap sesuai dengan jadwal. Sedangkan total sasaran tenaga kesehatan penerima vaksin di Surabaya sebanyak 33.993 orang. Sementara nakes yang sudah mendaftar ulang atau verifikasi sebanyak 26.801 orang. 

"Artinya masih ada yang menunggu SMS blast dan verifikasi data," urainya.

Meskipun telah menerima vaksin, para nakes diminta untuk tetap disiplin ketat protokol kesehatan. Mulai dari menjaga jarak, mengenakan masker serta mencuci tangan. Pihaknya juga berharap dari vaksin dan disiplin prokes ini, COVID-19 dapat segera hilang dari Kota Surabaya.

"Semoga virus ini segera hilang dari kota kita tercinta. Tetap jaga kesehatan, dan jauhi kerumunan," pungkasnya.

28 Persen Kasus COVID-19 Disumbang Klaster Keluarga

Ada beberapa klaster penyumbang kasus  COVID-19 di Kota Surabaya. Penyumbang tertinggi adalah klaster keluarga sebesar 28 persen.

 "Penyebab tingginya klaster keluarga ini karena ada kontak erat di keluarga tersebut," kata Wakil Sekretaris Satgas  COVID-19 Surabaya, Irvan Widyanto, dikonfirmasi, Rabu, 20 Januari.

Klaster keluarga ini diketahui berdasarkan laporan dari tingkat kecamatan, dan hasil tracing Satgas  COVID-19 dalam kurun waktu 10-17 Januari 2021, dengan sample 150 kasus terkonfirmasi  COVID-19. Selain klaster keluarga, ada beberapa klaster lainnya seperti karena mempunyai komorbid dengan persentase 24,7 persen. 

Lalu posisi ketiga terbanyak karena habis bepergian dari luar kota sebesar 14,7 persen, kemudian klaster perkantoran atau tempat kerja 12,7 persen. Selanjutnya penularan dari keramaian/kerumunan 10 persen, penularan pekerja di rumah sakit/tenaga medis 7,3 persen, dan lainnya.

"Sementara dari klaster itu, 68 persen orang positif  COVID-19 melakukan isolasi mandiri di rumah/apartemen, lalu 25 persen isolasi di RS atau tempat yang disediakan oleh pemerintah, dan 7 persen di tempat lainnya," ujarnya.

Dengan data tersebut, Irvan mengatakan perlu adanya evaluasi terkait dengan pelaksanaan isolasi mandiri di rumah, dikarenakan terdapat banyak kasus yang terjadi akibat kontak erat dari keluarga yang terkonfirmasi  COVID-19. Utamanya bagi mereka yang baru bepergian dari luar kota/negeri. 

"Kami imbau masyarakat kalau tidak urgent tidak usah bepergian. Kasihan keluarga yang di rumah jadi tertular kalau habis bepergian lalu positif," ujar Irvan.