Temui Dubes AS, Menlu China Qin Gang: Prioritas Utama Adalah Menstabilkan Hubungan

JAKARTA - Menteri Luar Negeri China Qin Gang mengatakan pada Hari Senin, sangat penting untuk menstabilkan hubungan China-AS setelah serangkaian "kata-kata dan perbuatan yang salah" membuat hubungan kembali membeku.

Menlu Qin, dalam sebuah pertemuan di Beijing dengan Duta Besar AS Nicholas Burns, menekankan secara khusus bahwa Washington harus memperbaiki penanganannya terhadap masalah Taiwan dan menghentikan pengikisan prinsip "satu China", menurut kementerian luar negeri China.

Ditanya mengenai pernyataan Menlu Qin, juru bicara Departemen Luar Negeri AS Vedant Patel mengatakan Burns telah "menyampaikan secara pribadi", tidak ada perubahan dalam kebijakan AS terhadap Beijing, khususnya kebijakan satu China, di mana Washington secara resmi mengakui Beijing secara diplomatik, bukan Taipei.

Patel mengatakan dalam sebuah briefing rutin, Burns telah berbicara tentang bidang-bidang di mana kedua negara dapat bekerja sama, termasuk perubahan iklim, kesehatan global dan ketahanan pangan.

"Kami ingin dan berniat untuk menjaga jalur komunikasi tetap terbuka," kata Patel, menambahkan Washington akan "terus berdiri bersama teman-teman dan sekutu kami di seluruh Indo-Pasifik untuk memajukan kemakmuran, keamanan dan nilai-nilai kita bersama," seperti mengutip Reuters 9 Mei.

"Kami tidak berniat untuk mengubah status quo - itu bukanlah pendekatan yang telah dicoba untuk dilakukan oleh Amerika Serikat," katanya.

Hubungan antara dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia ini merosot ke titik terendah tahun lalu, ketika ketua DPR AS Nancy Pelosi mengunjungi Taiwan yang diperintah secara demokratis dan mengklaim pulau itu sebagai wilayahnya.

Sebagai tanggapan, Beijing memutuskan beberapa jalur komunikasi formal dengan Amerika Serikat termasuk satu jalur komunikasi antara militer mereka.

"Prioritas utama adalah menstabilkan hubungan Tiongkok-AS, menghindari penurunan dan mencegah kecelakaan antara Tiongkok dan Amerika Serikat," kata Menlu Qin kepada Burns, menurut Kementerian Luar Negeri Tiongkok.

Ketegangan sempat mereda di Bulan November, ketika Presiden AS Joe Biden dan Pemimpin China Xi Jinping bertemu saat KTT G20 di Indonesia, berjanji untuk lebih sering menggelar dialog.

Namun, ketegangan kembali memanas di Bulan Februari ketika sebuah balon udara Tiongkok muncul di wilayah udara AS, membuat Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken membatalkan kunjungannya ke Beijing sebagai tanggapan.

Menlu Qin mengatakan, "serangkaian kata-kata dan perbuatan yang keliru oleh Amerika Serikat" sejak pertemuan pemimpin kedua negara, telah "merusak momentum positif yang diperoleh dengan susah payah dari hubungan Tiongkok-AS."

"Agenda dialog dan kerja sama yang disepakati oleh kedua belah pihak telah terganggu, dan hubungan antara kedua negara sekali lagi mengalami kebekuan," sebutnya.

Sementara itu dalam sebuah unggahan di Twitter, Burns juga berbicara tentang perlunya membawa stabilitas dalam hubungan tersebut.

"Kami membahas tantangan-tantangan dalam hubungan AS-Tiongkok dan perlunya menstabilkan hubungan dan memperluas komunikasi tingkat tinggi," katanya.