Pria di China Ditangkap Karena Menggunakan ChatGPT untuk Membuat Berita Bohong
JAKARTA - Seorang tersangka yang hanya diidentifikasi sebagai "Hong" ditahan oleh otoritas setempat dan ditangkap di distrik Gansu, China setelah diduga menggunakan ChatGPT untuk menghasilkan berita palsu.
Menurut laporan South China Morning Post, Hong ditangkap setelah investigasi terhadap artikel yang tidak dapat dibuktikan terkait kecelakaan kereta pada tanggal 18 April yang ditemukan oleh agen penegak hukum.
Penangkapan Hong karena "menggunakan teknologi kecerdasan buatan untuk menciptakan informasi palsu dan tidak benar" terjadi setelah spesialis keamanan siber menemukan setidaknya 20 akun secara bersamaan memposting artikel berita palsu ke situs blog populer yang dihosting oleh konglomerat teknologi China, Baidu.
Hukum China terkait penggunaan media sosial dianggap sebagai salah satu yang paling ketat di dunia. Polisi mengatakan bahwa Hong ditangkap karena melanggar peraturan tentang "mengganggu ketertiban umum dan memicu masalah", sebuah undang-undang yang secara khusus mencakup penyebaran berita palsu dan rumor di internet.
Baca juga:
- Rekap Pertandingan Crossfire di SEA Games 2023, Indonesia Maju ke Babak Final
- Satelit Cuaca yang Baru Diluncurkan ESA Ungkap Gambar Bumi Secara Detail
- Gampang Banget, Begini Cara Menyematkan Video TikTok ke Profil Anda
- Lewat Misi Artemis 2 Masyarakat di Bumi Bisa Lihat Bulan Secara Langsung Berkat Teknologi Laser
Jika didakwa, Hong bisa menghadapi hingga lima tahun penjara di bawah hukum normal. Namun, jika pengadilan menganggap pelanggarannya sangat serius, mereka bisa dijatuhi hukuman hingga 10 tahun di bawah ketentuan hukum yang diperpanjang yang mencakup kejahatan yang dianggap sangat berat.
Sementara layanan ChatGPT saat ini dilarang di China, penggunaannya dapat disamarkan dengan virtual private network (VPN).
Layanan kecerdasan buatan (AI) buatan dalam negeri yang serupa, seperti 'Tongyi Qianwen' milik Alibaba, sebuah model AI generatif yang baru saja diumumkan dilatih untuk menjawab pertanyaan dalam bahasa Inggris dan Mandarin, telah mendapat restu pemerintah China. Namun, seperti yang dilaporkan oleh Cointelegraph pada pertengahan April, masih belum jelas apakah Tongyi Qianwen akan memiliki kemampuan kreatif yang sama seperti ChatGPT.
Ketidakadanya model AI generatif yang kuat di China dapat berpotensi memberikan dampak negatif pada industri teknologi negara tersebut, terutama pada sektor fintech dan perdagangan cryptocurrency, di mana penggunaan ChatGPT dan produk yang dibangun dengan API GPT OpenAI meledak menjadi populer.