Liga Arab Terima Kembali Suriah: Amerika Serikat Skeptis, Rusia Sambut Baik
JAKARTA - Liga Arab menerima kembali Suriah pada Hari Minggu setelah lebih dari satu dekade penangguhan, mengonsolidasikan dorongan regional untuk menormalisasi hubungan dengan Presiden Bashar al-Assad dalam sebuah langkah yang dikritik oleh Washington.
Keputusan itu mengatakan Suriah dapat segera melanjutkan partisipasinya dalam pertemuan Liga Arab, sambil menyerukan penyelesaian krisis akibat perang saudara Suriah, termasuk pelarian pengungsi ke negara tetangga dan penyelundupan narkoba di seluruh wilayah.
Sementara negara-negara Arab termasuk Uni Emirat Arab (UEA( telah mendesak untuk mengakhiri isolasi Presiden Assad, beberapa telah menentang normalisasi penuh tanpa solusi politik untuk konflik Suriah, mencari syarat untuk kembalinya Suriah.
Qatar, yang sebelumnya menentang kembalinya Suriah ke Liga, mengatakan posisinya mengenai normalisasi tidak berubah dan berharap konsensus regional tentang Suriah dapat menjadi "motif bagi rezim Suriah untuk mengatasi akar krisis", kata juru bicara Kementerian Luar Negeri kepada kantor berita negara QNA.
"Pemulihan kembali Suriah tidak berarti normalisasi hubungan antara negara-negara Arab dan Suriah," kata Sekretaris Jenderal Liga Arab Ahmed Aboul Gheit kepada wartawan di Kairo, melansir Reuters 8 Mei.
"Ini adalah keputusan berdaulat yang harus dibuat oleh masing-masing negara," tandasnya.
Sementara, Suriah meminta negara-negara Arab untuk menunjukkan "saling menghormati".
Terpisah, seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan Washington memiliki tujuan yang sama dengan mitra Arab di Suriah, termasuk membangun keamanan dan stabilitas.
Tetapi, mereka tetap skeptis terhadap kesediaan Presiden Assad untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menyelesaikan krisis Suriah.
"Kami tidak percaya Suriah pantas masuk kembali ke Liga Arab saat ini," kata juru bicara itu, seraya menambahkan bahwa sanksi AS akan tetap berlaku penuh.
Berbeda dengan Washington, Rusia, sekutu Presiden Assad, memuji keputusan Liga Arab untuk menerima kembali Suriah.
"Moskow menyambut baik langkah yang telah lama ditunggu ini, hasil logis dari proses, yang telah mendapatkan momentum, mengembalikan Suriah ke 'keluarga Arab'," sebut Maria Zakharova, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, dalam sebuah pernyataan.
Keputusan Hari Minggu mengatakan Jordan, Arab Saudi, Irak, Lebanon, Mesir dan Sekretaris Jenderal Liga Arab akan membentuk kelompok menteri, guna menjalin hubungan dengan Pemerintah Suriah dan mencari solusi untuk krisis melalui langkah-langkah timbal balik.
Langkah-langkah praktis termasuk upaya berkelanjutan untuk memfasilitasi pengiriman bantuan di Suriah, menurut salinan keputusan yang dilihat oleh Reuters.
Selain itu, penerimaan kembali Suriah mengikuti prakarsa Yordania yang menyusun peta jalan untuk mengakhiri konflik Suriah yang mencakup penanganan masalah pengungsi, tahanan yang hilang, penyelundupan narkoba dan milisi Iran di Suriah.
Seorang pejabat Yordania mengatakan Suriah perlu menunjukkan keseriusan dalam mencapai solusi politik, karena ini akan menjadi prasyarat untuk melobi pencabutan sanksi Barat, langkah penting untuk mendanai rekonstruksi di Suriah.
Diketahui, keanggotaan Suriah di Liga Arab ditangguhkan pada 2011 setelah tindakan keras terhadap pengunjuk rasa yang menentangnya dan menyebabkan perang saudara.
Beberapa negara Teluk, termasuk Arab Saudi, mulai mendukung kelompok pemberontak yang berjuang untuk menggulingkan Presiden Assad dari kekuasaan.
Baca juga:
- Buntut Penembakan di Sekolah, Menteri Pendidikan Serbia Umumkan Pengunduran Diri
- Kelompok Anti-Monarki Kritik Penangkapan saat Penobatan Raja Charles III
- Dijanjikan Amunisi dan Senjata yang Dibutuhkan, Tentara Bayaran Grup Wagner Rusia Isyaratkan Batal Hengkang dari Bakhmut
- Miliki Perbatasan Sepanjang 650 Kilometer dengan Ukraina, Rumania Bakal Beli Jet Tempur F-35 Terbaru
Presiden Assad kemudian mendapatkan kembali kendali atas sebagian besar Suriah dengan bantuan sekutu utamanya Iran dan Rusia, tetapi perang menelan korban ratusan ribu jiwa dan menyebabkan jutaan orang meninggalkan negara itu.
Belum lama ini, negara-negara Arab telah berusaha untuk mencapai konsensus tentang apakah akan mengundang Presiden Assad ke pertemuan puncak Liga Arab pada 19 Mei di Riyadh, Arab Saudi untuk membahas kecepatan dan kondisi normalisasi hubungan.
Menanggapi pertanyaan apakah Presiden Assad dapat berpartisipasi, Aboul Gheit mengatakan kepada wartawan: "Jika dia mau, karena Suriah, mulai malam ini, adalah anggota penuh Liga Arab."