Menhan Rusia Shoigu Bilang Pasokan Senjata adalah Kunci Keberhasilan di Ukraina: Minta Produksi Rudal Ditingkatkan

JAKARTA - Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengatakan pada Hari Selasa, produksi dan pasokan senjata ke garis depan di Ukraina akan sangat penting bagi keberhasilan apa yang disebut Moskow sebagai "operasi militer khusus".

Tak hanya itu, Menhan Shoigu juga telah meminta agar produksi rudal segera dilipatgandakan.

"Tindakan unit-unit Rusia yang melakukan operasi khusus sangat bergantung pada pengisian ulang persediaan senjata, peralatan militer, dan alat pemusnah yang tepat waktu," kata Menteri Shoigu dalam pidato yang diterbitkan oleh kementeriannya dan disiarkan di televisi pemerintah, dilansir dari Reuters 3 Mei.

Lebih lanjut dia mengatakan, perusahaan yang bergerak di bidang industri pertahanan, telah diperintahkan untuk meningkatkan "kecepatan dan volume produksi" dengan cepat.

Secara khusus, dia mengatakan bahwa produksi rudal presisi tinggi perlu digandakan "sesegera mungkin", dengan Tactical Missile Corp., pembuat sistem peluru kendali yang disanksi oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa, akan melaporkan bagaimana mereka berusaha untuk memenuhi target tersebut.

Terpisah, Yevgeny Prigozhin, kepala tentara bayaran Grup Wagner Rusia, pada Hari Senin mengatakan pasukannya hanya dipasok sepertiga dari peluru artileri yang mereka butuhkan untuk berperang di Kota Bakhmut, Ukraina Timur.

Prigozhin selama berbulan-bulan mencerca kurangnya pasokan amunisi dari Moskow, mengatakan bahwa dukungan yang buruk menghambat serangan Rusia.

Sebelumnya, para pejabat Barat dan Ukraina telah berbulan-bulan mengatakan, kekurangan amunisi artileri dan rudal menghambat invasi Rusia ke Ukraina, yang kini telah memasuki bulan ke-15. Sementara, perang yang semula direncanakan Moskow akan selesai dalam hitungan minggu, terus berlanjut hingga saat ini tanpa akhir yang jelas.

Desember lalu, intelijen militer Inggris mengatakan, Rusia membatasi serangan rudal jarak jauhnya terhadap Ukraina karena kurangnya rudal jelajah. Sedangkan di Bulan Maret, London mengatakan Rusia hampir pasti harus menjatah peluru artileri atau menggunakan peluru artileri yang sudah ketinggalan zaman.

Dalam beberapa hari terakhir, Rusia telah menewaskan dan melukai puluhan orang di Ukraina dalam serangan rudal berskala besar pertamanya di Ukraina selama berminggu-minggu.

Kendati demikian, Ukraina mengatakan bahwa sistem pertahanan udaranya berhasil mencegat sebagian besar rudal yang masuk.