Tragedi Hillsborough 19 April 1989, Salah Satu Sejarah Kelam Sepak Bola Dunia

JAKARTA – Pada 19 April 1989, Stadion Hillsborough di Sheffield, Inggris, menjadi saksi dari salah satu tragedi olahraga terbesar dalam sejarah. Tragedi Hillsborough tersebut menewaskan 97 orang dan melukai 766 lainnya. Kebanyakan dari mereka adalah penggemar klub Liverpool.

Pertandingan semifinal Piala FA antara Liverpool kontra Nottingham Forest yang seharusnya menjadi acara yang menyenangkan dan penuh semangat, berubah menjadi malapetaka ketika kerumunan penggemar Liverpool membanjiri stadion yang telah penuh sesak.

Banyak penggemar yang tidak dapat masuk ke dalam stadion, dan beberapa dari mereka kemudian memilih untuk memanjat pagar pembatas di tribun penonton. Mereka memaksakan masuk ke stadion dengan segala cara.

Gambaran kekacauan di Stadion Hillsborough setelah tragedi sepak bola paling tragis di Inggris terjadi pada 19 April 1989. (BBC/Hillsborough Inquests) 

Di dalam stadion, terjadi kekacauan yang diperburuk oleh ketidakmampuan petugas keamanan dalam mengatur kerumunan. Penggemar Liverpool dipaksa berdesakan di sekitar pagar pembatas tribun penonton. Akibatnya, banyak orang terjepit dan tertindih. Banyak penggemar yang terjebak di tengah kerumunan dan kesulitan bernapas. Mereka terluka karena berhimpitan dan dipukuli petugas keamanan.

Meskipun petugas keamanan awalnya mencoba membantu penggemar yang terjebak, situasi semakin buruk ketika polisi mengambil keputusan untuk membuka pintu gerbang untuk membiarkan penggemar masuk. Keputusan ini justru memperburuk situasi, karena ribuan penggemar membanjiri stadion dan terjebak di koridor sempit.

Kebijakan Pengamanan Stadion

Tragedi Hillsborough mengejutkan dunia dan memicu perdebatan nasional tentang keamanan stadion dan kebijakan pengaturan kerumunan dalam acara olahraga besar. Sebuah penyelidikan resmi dilakukan, yang dipimpin oleh Hakim Agung Peter Taylor dan hasilnya diterbitkan pada tahun 1990. Laporan tersebut menyatakan bahwa kesalahan besar telah dilakukan oleh petugas keamanan dan polisi pada saat kejadian.

Tragedi Hillsborough juga menimbulkan kontroversi dalam hubungan antara media dan keluarga korban. Banyak keluarga korban yang merasa bahwa media telah mencemarkan nama baik orang yang meninggal, dan mempertanyakan liputan media yang menyalahkan penggemar Liverpool atas kejadian tersebut.

Pada tahun 2012, setelah kampanye panjang oleh keluarga korban, panel independen kembali meninjau semua bukti dan menemukan bahwa banyak informasi yang dialamatkan ke penggemar Liverpool pada saat itu ternyata salah. Ini membuka jalan bagi keluarga korban dan korban yang selamat untuk menuntut keadilan dan pemahaman yang lebih besar atas apa yang terjadi di Hillsborough pada tanggal 19 April 1989.

Penonton mencari selamat dengan memanjat dinding agar tidak tergencet dalam Tragedi Hillsborough di Stadion Hillsborough, Sheffield, Inggris pada 19 April 1989 yang memakan korban jiwa 97 orang dan mencederai 766 lainnya. (hufftingtonpost.com/PA)

“Berani-beraninya mereka mengatakan segala hal buruk kepada mereka yang meninggal di Hillsborough, seperti yang dialami kakak saya. Para korban tidak melakukan kesalahan apapun pada saat itu. Sekarang banyak penyintas yang masih mengalami trauma, dan mereka semakin tertekan karena unggahan-unggahan di media sosial. Ini bahaya yang sangat nyata bagi kesehatan mental mereka. Bahkan ada yang sampai bunuh diri karena terus menerus dirisak, disalahkan sepanjang hidupnya,” kata Louise Brookes, seorang perempuan yang kakak lelakinya tewas dalam Tragedi Hillsborough, seperti dikutip The Guardian.

Tragedi Hillsborough tetap menjadi tragedi yang sangat bersejarah dan memilukan di dunia olahraga. Itu mengilhami perubahan dalam kebijakan dan praktik keamanan stadion olahraga di seluruh dunia, serta mengingatkan kita tentang pentingnya memastikan keselamatan.