TNI AD Bantah Intimidasi Nindy Ayunda

JAKARTA - Kepala Dinas Penerangan TNI AD Brigjen TNI Hamim Tohari membantah pihaknya melakukan intimidasi kepada aktris Nindy Ayunda saat mendatangi kediaman kekasih Dito Mahendra tersebut.

Pengakuan merasa diintimidasi itu disampaikan Nindy saat mendatangi kantor Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK).

Hamim menegaskan bahwa sejumlah anggota TNI AD mendatangi alamat-alamatyang diduga didiami Dito Mahendra untuk menyelidiki informasi terkait dokumen senjata api ilegal yang diklaim oleh Dito sebagai senjata dari Diponegoro Shooting Club.

"Tidak ada teror, intimidasi atau ancaman dari TNI kepada Nindy Ayunda. Jadi keberadaan anggota TNI AD di kediaman Nindy Ayunda adalah bagian dari tugas untuk menyelidiki informasi terkait dugaan kepemilikan senjata api ilegal oleh Dito Mahendra," kata Hamim kepada wartawan, Jumat, 7 April.

Bahkan, Hamim menyebut pihaknya turut menemukan salah satu kendaraan di alamat tersebut menggunakan plat nomor dinas Kodam Jaya. Namun, belum diketahui keaslian plat nomor kendaraan itu milik Kodam Jaya atau tidak.

"Saat penyelidikan, ditemukan juga salah satu kendaraan di alamat tersebut menggunakan plat nomor dinas Kodam Jaya. Sedang diselidiki lebih lanjut," urainya.

Kendati demikian, Hamim mengaku tak mempermasalahkan jika Nindy membuat laporan ke LPSK atas tudingan tersebut lantaran hal itu merupakan hak warga negara.

"kita perlu memaklumi bahwa seseorang yang sedang berhadapan dengan masalah, cenderung mencari peluang untuk menghindar, mengurangi atau mengalihkan perhatian publik dengan memunculkan atau membesar-besarkan masalah lain," ujar Hamim.

Kemarin, Nindy mendatangi kantor LPSK. Penyanyi 34 tahun itu mengaku mendapat perlakuan intimidasi dari anggota TNI ketika sedang berada di kediamannya yang berlokasi di Jakarta Selatan. Saat itu, ia baru saja pulang dari Palembang.

“Setibanya saya di Jakarta, langsung menuju ke rumah saya di Kebayoran. Karena saya mau bertemu dengan adik saya untuk bicara. Jadi kita janjian di sana, ya udah kita buka bareng,” kata Nindy Ayunda di Kantor LPSK pada Kamis, 6 Maret.

“Habis itu saya menyuruh satu staf saya untuk mengambil barang, dan dia melihat di pagar luar ada tiga orang mencurigakan, berbadan tegap, rambutnya panjang gondrong dan seperti orang intel. Karena saya tidak pernah melihat, saya kurang tahu seperti apa,” sambungnya.

Kejadian tersebut diakui Nindy terjadi pada Minggu, 2 April malam. Pada pukul 22.00 WIB malam itu, Nindy juga mengaku didatangi segerombolan orang yang menanyakan keberadaan kekasihnya, Dito Mahendra.

“Selanjutnya sekitar pukul 22.00 WIB saat saya sedang makan bersama adik, kemudian ART kembali menginformasikan bahwa ada orang yang mencari Bapak Dito, lalu saya meminta untuk mengunci pintu,” katanya.

Nindy mengaku orang-orang yang mengunjungi rumahnya malam iti adalah anggota TNI, yang disebut telah masuk tanpa ada izin dan melakukan pengrusakan-pengrusakan.

“Akhirnya saya melihat oknum TNI yang mengenakan pakaian preman dan seragam, sekitar 30 orang. Lalu tindakan mereka memasuki pekarangan tanpa izin disertai pengrusakan pada pintu garasi, penggedoran dan disertai teriakan,” katanya.

“Hal tersebut terjadi mulai pukul 22.00 WIB sampai 07.00 WIB. Atas kejadian ini telah dilaporkan ke Puspom TNI,” ucap Nindy.

Mengaku alami trauma, Nindy mengaku telah mengantongi nama-nama anggota TNI yang mengunjungi rumahnya malam itu. Ia juga menyebut inisial salah seorang perwira menengah yang turut hadir ke rumahnya.

“Peristiwa ini sudah menimbulkan trauma karena yang datang itu bukan hanya satu atau dua orang, tapi betul-betul 30 orang. Saya sudah mendapatkan data-datanya orang itu. Pada malam itu ketuanya adalah inisalnya HS, pangkatnya Letkol satuannya infantri,” bebernya.