5 Pernyataan Ira Riswana Terkait Kecelakaan yang Merenggut Nyawa Syamil

JAKARTA - Ira Riswana dan keluarganya menjadi sorotan publik setelah anak keduanya, Maulana Malik Ibrahim terlibat dalam kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan seorang remaja meninggal dunia.

Berdasarkan pihak kepolisian, kecelakaan tersebut terjadi di perempatan Kementerian Pertanian, Pasar Minggu, Jakarta Selatan pada 12 Maret pukul 02.20 WIB.

Berikut lima pernyataan Ira Riswana, ibu dari Maulana Malik Ibrahim atas kecelakaan lalu lintas yang terjadi.

Bantah anak dapat perlakuan khusus

Meski suaminya, Kombes Abu Bakar Tartusi yang notabene adalah seorang perwira Polri yang kini bertugas sebagai Kepala Biro Operasi Polda NTB, Ira meyakini bahwa proses hukum yang berjalan atas kecelakaan lalu lintas yang melibatkan anaknya berjalan sesuai hukum dan perundang-undangan yang ada.

Ia membantah bahwa anaknya mendapat perlakuan khusus dalam pemeriksaan. Ia memastikan anaknya sudah menjalani pemeriksaan sesuai prosedur.

“Sebenernya dari hari kedua (setelah kejadian), kalau dibilang tidak ada upaya polisi, itu bohong. Karena dari hari kedua pun anak aku udah di-BAI, saksi-saksi semua sudah di-BAI, bukti-bukti pun sudah ada,” ungkap Ira Riswana saat ditemui di Polres Metro Jakarta Selatan pada Senin, 3 April.

“Jadi, kenapa saya di sini nggak mau ngomong sebenernya satu, saya masih menunggu bukti otentik lain. Yang kedua, yang paling penting kita kan nggak bisa ngomong begitu aja, karena ini menyangkut almarhum. Yang saya takuti, ini akan menjadi membuka aib orang yang sudah meninggal,” sambungnya.

Ira sendiri mengaku sudah memiliki bukti atas kejadian yang menimpa anaknya. Ia siap menjelaskan semuanya jika memang ada pihak yang berkepentingan ingin mengetahui bukti twrsebut

“Kalau memangpun ingin bukti, kita siap kok. Jadi kalau misal 'mbak, ini gimana sebenarnya?', nanti hubungin pengacara saya, dia akan menjelakan semuanya,” ujarnya.

Bukan hidup mewah, mobil adalah barang dagangan

Meski suaminya merupakan petinggi di Polda NTB, Ira memastikan bahwa harta yang dimiliki keluarganya masih wajar. Ia juga bersedia jika memang harus diperiksa mengenai kekayaan keluarga.

“Nggak apa-apa, periksa saja. Ya mudah-mudahan Pak Kapolri akhirnya tahu, masih ada seorang Kombes, yang mungkin lebih kaya seorang Bripda daripada seorang Kombes Pol Abu Bakar Tertusi. Kami hidup normal kok, kalau misalnya mau diperiksa, ya standar saja,” bebernya.

Artis lawas era 90-an itu menyebut bila sebenarnya mobil sudah ada yang tertarik. Namun, lanjutnya, saat itu memang belum sampai tahap akad, sehingga masih bisa digunakan MMI.

“Dan mobil itu mau dibayarkan karena cuman dipake. Kalau memang butuh bukti WA (WhatsApp) penawaran-penawarannya nanti saya kasih,” ucapnya.

“Makanya pelatnya Bandung, bukan Jakarta karena memang itu bahasa anak-anak baru ngangkat-lah. Itu aja,” tutupnya.

Tak sanggup penuhi permintaan keluarga korban

Usaha untuk menyelesaikan persoalan dengan jalan mufakat tidak bertemu jalan tengah. Ira mengatakan kesepakatan gagal terjadi karena kliennya menganggap permintaan dari keluarga korban tidak masuk akal.

Pihak dari almarhum meminta ingin membangun masjid seharga dari mobil (Mercedes Benz). Ira menampik tudingan bahwa ia dan kliennya memaksa keluarga korban untuk berdamai dengan memberikan sejumlah uang.

Ira Riswana juga mengatakan ada permintaan lain dari keluarga korban. Tidak hanya itu, ia juga menyatakan sempat mendapat ancaman.

“Dari pihak mereka juga meminta saya menyekolahkan adiknya sampai selesai dan memberikan rincian tahlilan dan semuanya. Kami punya buktinya. Dari pihak korban juga ada pengancaman terhadap kami seperti akan memviralkan. Itu ada buktinya semua pada kami,” pungkas Ira Riswana.

Tak ingin libatkan suami

Pada kesempatan lain, saat ditemui tim VOI, pemenang GADIS Sampul 1994 itu mengaku kecewa ketika sang suami, yang sedang bertugas di NTB dibawa-bawa dalam kasus kecelakaan lalu lintas itu.

“Cuma saya sakit hati dengan ada beberapa ya sebenarnya, suami saya nggak tersangkut ini. Kan anaknya, bukan dia yang melakukan,” kata Ira.

“Tapi kan ini pembicaraannya sudah melebar kemana-mana. Sampai akhirnya banyak hal yang harus kita klarifikasi. Seharusnya dia (Abu Bakar Tartusi) tidak tersebut lah,” lanjutnya.

Sejak awal kabar kecelakaan sang anak diketahui olehnya dan suami, Ira mengatakan bahwa dirinyalah yang menemani Malik. Sementara itu, sang suami yang masih berada di NTB ia pastikan untuk tidak terlibat.

Saat ini, kata Ira, ia lebih fokus untuk merawat Malik dan anak-anaknya yang lain. Sementara terkait persoalan hukum, ia serahkan kepada pengacaranya, Olop Turnip.

“Semua (permasalahan hukum) sudah saya kasih kepada pengacara. Jadi semua itu hubungannya sama pengacara saya. Memang sudah menyerahkan kasus ini ke Bang Olop,” ucao Ira.

Anak trauma 

Atas kecelakaan yang dialami Malik, Ira mengatakan anaknya itu mengalami trauma. Apalagi dengan banyaknya pemberitaan yang menyorot kepada sang anak. Istri dari petinggi Polda NTB itu mengatakan anaknya tidak terbiasa dengan eksposur dari banyak orang.

“Yang pasti dia (Malik) masih trauma. Sampai saat ini pergelangan tangannya masih sakit, badannya masih sakit, tapi dia sampai nggak berani ke dokter karena dia takut,” katanya.

“Bukannya takut gimana ya, dia ketemu orang itu (takut), ya namanya anakku tidak pernah overexpose ya. Mereka hanya tahu nama anak, mereka hanya tahu anaknya Ira dan meraka nggak pernah diekspos,” sambungnya.

Saking takutnya dengan perhatian banyak orang terhadapnya, kata Ira, Malik pun tidak berani untuk pergi ke sekolah. Sang ibu pun harus meminta tolong kepada teman-teman sang anak untuk memberi penghiburan.

Ira pun bercerita bagaimana dirinya terpukul ketika mengetahui anaknya mengalami trauma. Ia mengatakan sang anak menjadi takut akan masa depannya.

“Saya tahu sebenarnya dia ngomong ‘ma, maafkan aku ya’, itu yang bikin saya terpukul. ‘Aku tuh mungkin kayaknya nggak bisa ngejar cita-citaku yang ini’, kata dia,” tutur Ira menjelaskan perkataan Malik.

Ira pun berharap tidak ada pihak yang mencari-cari kesalahan dalam kasus kecelakaan yang melibatkan anaknya ini. Ia merasa seharusnya tidak ada yang mendahului proses hukum yang sedang didalami kepolisian.

“Saya itu tipikal orang yang fair, kalau iya iya, nggak nggak. Keadaan ini kita tidak bolehh mencari yang salah dan betul saat ini, karena belum ada rilis polisi,” pungkas Ira Riswana.