Kepala Intelijen Ungkap Barat Bujuk Georgia Buka Front Kedua Melawan Rusia
JAKARTA - Negara-negara Barat berusaha membujuk Georgia untuk membuka "front kedua" melawan Rusia, seiring dengan konflik yang terjadi di Ukraina, kata Direktur Badan Intelijen Luar Negeri Rusia (SVR) Sergey Naryshkin, mengatakan dalam pertemuan dengan Presiden Belarusia Alexander Lukashenko.
"Kami melihat upaya-upaya gigih dari Washington, Brussels dan London untuk membujuk kepemimpinan Georgia untuk membuka apa yang disebut sebagai front kedua. Mereka melihat bahwa situasi di medan perang tidak menguntungkan Ukraina," kata Naryshkin, melansir TASS 4 April.
Ia menambahkan, Barat berusaha membujuk Tbilisi, sekarang adalah saat yang tepat untuk mencoba mendapatkan kembali kendali atas Abkhazia dan Ossetia Selatan.
Diketahui, Georgia secara teratur menuduh beberapa politisi Barat (termasuk Ukraina), mencoba menyeret negara itu ke dalam konflik militer dengan Rusia.
Presiden Salome Zourabichvili sebelumnya menyatakan, ia menganggap spekulasi mengenai "front kedua" sebagai teori konspirasi.
Pada tanggal 3 April, Perdana Menteri Georgia, Irakli Garibashvili, mengatakan tidak ada seorang pun yang memiliki kekuatan untuk menghentikan permusuhan di Ukraina. Akibatnya, ia menekankan, sebagian besar wilayah negara tersebut telah berubah "menjadi lapangan tembak."
Baca juga:
- Tolak Tudingan Pengadilan Kriminal Internasional, Komisioner Anak Rusia: Dasar Tuduhan Tidak Jelas
- Polisi Swedia Tangkap Lima Tersangka Serangan Terorisme Terkait Seruan Pembakaran Al-Qur'an di Stockholm
- India Tolak Penggantian Nama Sejumlah Tempat di Negara Bagian yang Diklaim China
- AS Klaim Berhasil Menewaskan Penanggung Jawab Perencanaan Serangan ISIS dalam Operasi Militer di Suriah
Dia menunjukkan, rencana musuh-musuh Georgia untuk "meng-Ukraina-kan negara itu," dengan kata lain, menjadikan Georgia sebagai tempat uji coba, juga, dan untuk membuka "front kedua" melawan Rusia, telah gagal. Garibashvili mengatakan, pertumbuhan ekonomi dan pengurangan inflasi dan kemiskinan di negaranya tidak mungkin terjadi tanpa menjaga perdamaian.