Kremlin Sebut Ledakan Bom yang Menewaskan Bloger Perang Tatarsky Tindakan Terorisme, Ada Kemungkinan Keterlibatan Ukraina

JAKARTA - Pembunuhan bloger perang Vladlen Tatarsky adalah tindakan terorisme, dengan Presiden Rusia Vladimir Putin telah diberitahu tentang insiden tersebut, Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan kepada para wartawan pada Hari Senin.

"Ini adalah aksi terorisme, Anda dan saya telah melihat pernyataan Komite Antiterorisme Nasional. Sekarang ada fase aktif penyelidikan, kami melihat langkah-langkah yang cukup energik untuk menahan para tersangka," ujar Peskov seperti melansir TASS 3 April.

"Mari kita bersabar dalam hal apapun dan menunggu pernyataan dari layanan khusus kami yang bekerja di sana. Ada bukti, dilihat dari pernyataan Komite Antiterorisme Nasional, bahwa dinas khusus Ukraina mungkin terlibat dalam perencanaan serangan teroris ini dan tentu saja, ini adalah serangan teroris," tegas Peskov.

Menjawab pertanyaan klarifikasi apakah presiden mengetahui hal tersebut, ia meyakinkan: "Kemarin, dia langsung diberitahu tentang masalah ini."

Lebih lanjut, dalam kesempatan yang sama Peskov belum bisa berkomentar apakah Tatarsky akan menerima penghargaan anumerta dari kepala negara.

"Saya belum bisa mengatakan apa-apa tentang itu. Saya tidak memiliki informasi ini," sebutnya, seraya menambahkan bahwa wartawan akan diberitahu setelah datanya diklarifikasi.

Peskov menambahkan, Kremlin berharap agar para korban ledakan dapat segera pulih. "Dan, tentu saja, belasungkawa kami kepada keluarga dan teman-teman Fomin, yang meninggal akibat serangan teroris ini," tandasnya.

Diberitakan sebelumnya, ledakan terjadi di Streetfood-Bar No. 1, pusat Kota St. Petersburg pada 2 April. Selain menewaskan Tatarsky yang sedang mengadakan acara di sana, lebhih dari 30 orang terluka akibat ledakan tersebut.

Otoritas Rusia pada Hari Senin mengumumkan penangkapan seorang wanita yang dicurigai terkait ledakan bom yang menewaskan Tatarsky.

"Petugas Komite Investigasi Rusia bekerja sama dengan agen-agen rahasia menahan Darya Trepova, karena dicurigai berada di balik ledakan kafe di St. Petersburg," sebut Komite Investigasi.

Memiliki lebih dari 560.000 pengikut di Telegram, pemilik nama asli Maxim Fomin ini merupakan salah satu komentator pro-perang yang paling terkemuka di Rusia. Ia lahir di Donbas, pusat industri Ukraina timur, seperti mengutip The National News.