Motif Pembunuhan Mahasiswi Jepang Hinako Hamano dengan Racun Tikus Talium Masih Misterius
JAKARTA - Jaksa di Osaka telah mendakwa seorang pria karena membunuh seorang kenalan wanitanya dengan talium atau yang biasa digunakan sebagai racun tikus.
Kazuki Miyamoto (37) si pelaku, dituduh membunuh mahasiswa berusia 21 tahun, Hinako Hamano pada Oktober lalu dengan mencampur minuman korban dengan talium.
Talium adalah logam lunak yang larut dalam air dan tidak memiliki rasa atau bau sehingga sulit dideteksi di luar laboratorium. Obat ini tergolong sangat berbahaya. Hanya 1 gram saja bisa membunuh orang dewasa.
Polisi, sebagaimana dilansir dari bbc.com, Senin, 27 Maret, belum menemukan motif pembunuhan. Termasuk, bagaimana Kazuki Miyamoto mendapatkan racun ini. Tersangka ditangkap pada 3 Maret lalu di Kyoto.
Miyamoto, seorang agen real estat, diyakini telah memberikan talium kepada Hamano sekitar tanggal 11 dan 12 Oktober ketika dia mengunjungi flatnya di Kyoto.
Keterangan pelaku ke polisi, keduanya sedang makan di luar 11 Oktober malam sebelum menuju ke rumah Hamano untuk minum-minum, kata Japan Times mengutip para penyelidik.
Menurut Miyamoto, Hamano mengalami batuk parah. Dia kemudian menghubungi keluarganya, yang membawanya ke rumah sakit keesokan harinya.
Hamano meninggal pada 15 Oktober karena gagal napas yang parah. Sementara talium ditemukan dalam muntahan dan air kencingnya, Asahi Shimbun melaporkan.
Polisi menduga Miyamoto telah membubuhi minuman Hamano saat mereka sendirian di flatnya. Saat menganalisis ponsel Miyamoto, polisi menemukan pencarian talium di internet sebelum Hamano dirawat di rumah sakit.
Media lokal melaporkan bahwa Hamano pertama kali bertemu Miyamoto melalui pekerjaan paruh waktu. Selain bisnis real estatnya, Miyamoto juga menjalankan bisnis terkait hiburan yang melibatkan maikos, atau geisha magang.
"Miyamoto dan Hamano terkadang menang dan makan bersama, dan mereka tampak bahagia ditemani satu sama lain," kata Asahi Shimbun, mengutip kenalannya.
Seorang kerabat perempuan Miyamoto, yang dirawat di rumah sakit di Kyoto sejak Juli 2020 dan sekarang tidak sadarkan diri, juga ditemukan menelan talium. Mainichi melaporkan bahwa kerabat ini berusia 60-an dan tiba-tiba pingsan sekitar musim panas 2020.
Zat ini diatur secara ketat di Jepang. Dalam kebanyakan kasus, peneliti atau perusahaan membelinya dari bisnis spesialis. Pada 2015, seorang mahasiswi di Nagoya dihukum karena mencoba membunuh dua teman sekelasnya dengan talium saat dia masih di sekolah menengah.
Bahan kimia yang sama telah digunakan dalam dosis mematikan oleh kelompok ISIS pada para tahanannya. Beberapa negara, seperti AS, telah melarangnya