Elon Musk Peringatkan Presiden Biden Terkait Ambruknya Perbankan AS
JAKARTA – Harga bitcoin dan mata uang kripto lainnya telah mengalami kenaikan selama seminggu terakhir di tengah terjadinya krisis perbankan AS. Krisis tersebut dipimpin oleh Silicon Valley Bank yang memicu kekhawatiran akan hiperinflasi. Sebelumnya, Sillicon Valley Bank dan Signature Bank telah runtuh.
Semakin banyak orang yang berharap bahwa Federal Reserve akan mengubah sikapnya dalam menghadapi perlambatan inflasi dan keruntuhan bank. Seiring dengan meningkatnya ekspektasi tersebut, miliarder Tesla Elon Musk pun turut memberikan peringatan kepada Presiden AS Joe Biden setelah Federal Reserve menaikkan suku bunga lagi.
Beberapa waktu yang lalu, Presiden Joe Biden memposting di Twitter tentang langkah-langkah yang dia buat dalam perjuangannya melawan perubahan iklim. CEO Twitter Elon Musk membalas cuitan tersebut dan menyebut bahwa bank tengah mengalami masalah.
"Pada tahun pertama saya menjabat, kami melindungi lebih banyak daratan dan perairan daripada presiden mana pun sejak John F. Kennedy. Kami juga telah melakukan investasi terbesar untuk melawan perubahan iklim – selamanya. Hari ini, kami membangun momentum itu dengan melindungi keajaiban alam lainnya."
Baca juga:
"@POTUS umm... banknya mencair," komentar bos Tesla dalam postingan video Presiden Biden yang membahas capaiannya selama menjabat Presiden AS.
Menurut laporan Fox Business, peringkat persetujuan Biden merosot ke titik terendahnya bulan ini, hanya mencapai 38%. Penurunan ini terjadi karena kekhawatiran terus tumbuh atas stabilitas bank. Beberapa bank seperti Silicon Valley Bank dan Signature Bank mengalami keruntuhan dalam beberapa pekan terakhir, sehingga menambah kekhawatiran akan resesi.
Miliarder Musk yang merupakan CEO Tesla dan pendiri SpaceX, membeli Twitter tahun lalu. Dia pun men-tweet tentang UBS yang membeli Credit Suisse dan mempertimbangkan pembeli untuk mendapatkan batas kredit sebesar 100 miliar dolar AS sebagai bagian dari kesepakatan.
Saat ini, banyak orang yang tertarik pada potensi krisis perbankan, kenaikan suku bunga The Fed, dan pasar saham. Kondisi ini membuat berbagai pihak semakin waspada sekaligus khawatir tentang stabilitas ekonomi di masa depan.